Daripada membalas komentar orang yang tidak cocok dengan pendapat kita, lebih baik diselesaikan dengan tulisan.
Saat kita menuliskan sesuatu yang baik, berarti kita sedang memikirkan yang baik pula. Saat itu gelombang pikiran bervibrasi ke semesta. Tiada sesuatu yan hilang di semesta ini. Vibrasi pikiran kita pun terukir atau terekam di semesta. Demikian pula pikiran para suci dan nabi. Tidak mengherankan para suci dan nabi bertambah bijak. Semakin lama frekuensi gelombang pikiran mereka semakin selaras dengan semesta. Frekuensi pikiran para suci dan nabi bisa mengakses perpustakaan semesta. Ini terjadi ketika frekuensi pkiran para suci zaman dahulu selaras dengan frekuensi seseorang yang masih hidup.
Melayani atau menanggapi pendapat seseorang yang tidak satu gelombang membuat frekuensi pikiran berubah. Cara berpikir seseorang yang masih menganggap bahwa segala tndakan mesti diwjudkan dalam tataran fisik berarti ia masih pada kesadaran fisik. Kesadaran badan kasar. Ia belum menyadari kerja kekuatan pikiran.
Mereka yang tidak menyadari efek pikiran terhadap badan masih saja megandalkan kekuatan otot. Saat menuiskan sesuatu pendapat yan memberkan manfat bagi sesama makhluk hidup, saat itu gelombang pikiran selaras dengan alam semesta. Saat pikiran selaras dengan semesta, badan menjadi sehat. Apa hubungannya?
Perhatikan ini. Jadi ketika kita berpikir baik, sel darah dalam tubuh kita juga memberkan formasi yang indah. Demikian juga hasil penelitian DR. Masaru Emoto tentang molekul air. Ini buktinya. Ya, saat kita berpikir yang baik, molekul air dalam tubuh kita akan memberikan bentuk yang bagus. Dengan sendirinya badan kita akan jadi sehat. Berpikir hal-hal yang baik juga menghasilkan hormon yang disebut beta adrenalin. Hormon yang membuat tubuh kita sehat.
Dengan cara berpikir seperti ini, perlukah kita menanggapi komentar seseorang yang berakibat merugikan diri sendiri? Pikiran yang baik membuat diri sendiri jadi sehat.
So, sesungguhnya dengan melontarkan pendapat yang bernada sisnis ata mengejek atau merendahkan, kita sedang merusak diri sendiri. Kita belum menyadari kerja gelombang pikiran. Kita lupa bahwa memberbaiki diri sendiri jauh lebih utama daripada berupaya memperbaiki orang lain. Semakin banyak kita berupaya memperbaiki orang lain semakin lupa kita untuk memperbaiki diri sendiri.
Dunia tidak akan berubah jad lebih baik jika setiap orang harapkan orang lain jadi baik. Sumber keributan selama ini sesungguhnya bkan karena orang lain. Karena pikiran kita yang kacau dan merasa lebih baik sehingga sekeliling kita juga kacau.
Dunia jadi baik jika setiap orang berupaya perbaiki diri sendiri. Saat itu juga perubahan terjadi....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H