Kematian adalah keniscayaan yang tak terbantahkan. Secantik apapun istri atau setampan apapun suaminya jika kematian menghampiri tetap saja mesti ditinggalkan. Banyak harta juga tidak dapat menunda kematian barang sedetik. Demikian juga kekuasaan, walapunun presiden sebagai pemimpin tertinggi suatu negara, jika kenatian menghampiri tidak terbantahkan.
Namun sayangnya, kematian masih tetap merupakan momok menakutkan untuk dihadapi. Kebanyakan yang takut mati adalah mereka yang merasa berhasil dalam memenuhi kenikmatan duniawi. Harta, wanita, dan tahta. Sebaliknya, mereka yang sulit hidup sepertinya ingin mati cepat agar terbebaskan dari penderitaan di dunia. Sayangnya mereka yang merasa kesulitan dalam kehidupan di dunia lupa bahwa jika mereka meninggal dalam menderita, pikirannya begitu terikat terhadap obsesi yang belum terpenuhi sehingga ia lahir lagi untuk memenuhi obsesi.
Bagaimana melampaui rasa takut akan kematian?
' Rasa takut akan kematian hanyalah teratasi ketika intuisi manusia cukup berkembang untuk memahami Kebenaran Hyang Maha Tinggi.' ( The Holy Vedas, Centre for Vedic & Dharmic Studies )
Pertanyaannya, 'Apakah yang dimaksud Kebenaran Hyang Maha Tinggi?'
Tidak perlu berguru atau bertapa untuk mengetahui kebenaran yang maha tinggi. Kebenaran Hyang Maha Tinggi dapat dilihat dengan mudah di sekitar kita. Yang dibutuhkan hanya keterbukaan diri. Sama sekali bukan rahasia. Kesempatan diberikan oleh Tuhan untuk menyelami kebenaran yang maha tinggi.
Fahami bahwa manusia terdiri dari 3 bagian: Badan, pikiran, dan roh atau jiwa. Inilah tri-tunggal kudus yang menciptakan manusia di bumi. Kita sering mengidentikan diri kita hanya sekedar badan. Badan tidak abadi teman.
Ketidakabadian. Tiada sesuatu yang abadi di bumi ini. Semuanya akan berakhir atau berlalu. Bahkan kematianpun tidak abadi. Semua yang di bumi ini mengalami siklus daur ulang. Jika kematian berakhir karena roh masuk surga atau neraka dan menunggu sampai hari pengadilan tiba, berarti manusia mengalami keabadian. Dan ini tidak mungkin karena melanggar hukum alam.
Badan yang ditinggalkan oleh ruh akan membusuk dan terserap ke dalam tanah. Oleh tanaman cairan yang berasal dari tubuh manusia dikonsumsi oleh tanaman. Pikiran manusia bukanlah yang ada dalam otak. Suatu yang berada di luar otak manusia. Saat badan meninggal, ia tetap berada di atmosfir menunggu badan baru lagi.
Karena mind terbentuk dari materi yang berasal dari bumi, ia akan tetap berada di batas lingkup grafitasi bumi. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk badan baru lagi.
Roh masih begitu terikat oleh mind. Jika ingin mind berastu dengan alam semesta, ubahlah cara pikir kita dengan tidak hanya memikirkan materi keduniawian. Pola pikir yang selaras dengan sifat alam semesta membentuk mind yang selaras dengan sifat alam. Kemudian, dengan sendirinya mind dapat terirai kembali ke elemen alami .Air, api, angin, tanah, dan ruang.