Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Alangkah Ruginya Hidup Jika Mati dalam Ketidaksadaran...

22 Oktober 2014   21:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:05 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menonton film Jokowi di SCTV membuat saya sadar bahwa ada sosok yang berperan penting membentuk kepribadian seorang Joko Widodo sebagai presiden RI ke 7. Film yang penuh inspiratif. Noto Mihardjo.

Dalam film tersebut dilukiskan ketika Joko Widodo kecil tidak suka sekolah, sang ayah yang bareng anaknya sedang mancing ikan berkata:

Seorang anak lahir dalam keluarga miskin tidak salah. Namun amatlah salah jika mati dalam kemiskinan.

Jika kita perluas kalimat ini menjadi:

Seseorang lahir dalam ketidaksadaran tidak salah, namun amatlah salah jika mati dalam ketidaksadaran.

Kebanyakan orang tidak sadar akan jati dirinya. Ketidaksadaran ini membuat orang buta dalam kehidupannya. Mungkin perlu dibedakan pengertian sadar dan jaga. Seseorang yang hanya sekedar dalm keadaan jaga belum tentu sadar akan segala tindakannya.

Sebagai contoh, ketika bangun pagi apa yang kita lakukan? Jika kita langsung bangun kemudian mengambil sesuatu dan berjalan begitu saja, kita dapat dipastikan sekedar jaga.

Namun, ketika kita bangun dan membuka mata kita bisa berkata: Terima kasih Tuhan, saya bangun diberikan kesehatan dan sadar. Daat dipastikan sepanjang hari kita sadar akan perbuatan kita. Mengapa???

Saat kita bisa bersyukur dan mengucapkan terima kasih peda Tuhan, dengan sendirinya ingatan pertama kita adalah Tuhan. Tuhan dalam arti bahwa Dia berada dimana-mana. Bukankah dalam salah satu kitab suci disebutkan bahwa: 'Wajah Tuhan di barat di timur dan dimana-mana'

Dengan mengingat hal ini kita akan selalu menyadari pikiran, ucapan, dan perbuatan kita. Kita mesti sadar bahwa esensi agama adalah:

'Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun