Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Layakkah Kita Menyebut Diri sebagai Manusia?

14 Desember 2021   08:45 Diperbarui: 14 Desember 2021   08:49 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia

Seorang Manusia berarti ia yang bisa atau mampu mengendalikan pikirannya. Singkat tetapi sarat makna. Ya, selama kita Tidak bisa mengendalikan pikrian, berarti kita belum menjadi Manusia. Mengendalikan pikiran berarti menjadikan intelejensia atau buddhi sebagai sais atau kusir kereta.

Selama ini kita bergerak atas dasar keinginan. Keinginan bukanlah kebutuhan. Seseorang yang telah menjadi Manusia berarti ia bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Ketika ia tidak bisa antara keduanya, berarti ia belum beranjak dari dari otak reptilia/mamalia. Ini pangkal terjadinya korupsi. Bukan karena tidak bisa memenuhi kebutuhan, tetapi tidak bisa mengendalikan keinginan. 

Sais pengendali kehidupan

Bila seseorang telah bisa menempatkan buddhi atau intelejensia sebagai sais atau pengemudi kereta, maka ia baru bisa dikatakan sebagai insan yang utuh. Bukan masalah kepintaran, tetapi masalah pengembangan intelejensia sebagai pengendali kehidupannya.

Mereka yang menjadikan buddhi sais kereta, maka ia dwanggap kenal kemuliaan diri. Dan, kemuliaan diri inilah Ciri utama sebagai insan Ilahi. Ia memiliki sifat yang sama atau sejenisa dengan Sang Maha Sumber, Pengasih dan Penyayang. Ia seorang yang menjalani Dharma sebagai landasan hidup. Dharma berarti yang mengutamakan kepentingan orang banyak; bukan golongan atau diri sendiri.

Bentuk Kehidupan

Semua yang ada di alam kita ini adalah bentukan-Nya. Mereka tidak eksis bila Dia tidak berkehendak. Celakanya, kita yang belum kenal diri, tidak bisa memahami bahwa hewan yang diciptakan pun memiliki hak untuk hidup. Sapi dan kambing serta hewan yang bisa dikonsumsi merupakan ciptaan-Nya.

Menyembah-Nya berarti menghargai dan menghormati semua ciptaanNya. Bila kita sadar bahwa keberadaan mereka untuk membantu kita, kita tidak bisa mengkonsusmsi sesama makhluk hidup, dalam hal ini hewan. Karena mereka  telah memiliki tingkat evolusi lebih tinggi dari tumbuhan. Tingkat evolusi berarti kualitas mind atau pikiran. 

Yang menarik adalah, bahwa sesungguhnya leluhur kita telah menghargai semua kehidupan. Mereka yang selama ini disebut sebagai Animisme. Yang berarti menghargai adanya kehidupan.

Kecerdasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun