Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sains Membuktikan Kebenaran Spiritualiitas

3 Desember 2021   10:58 Diperbarui: 3 Desember 2021   11:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para resi atau bijak zaman dahulu sudah menuliskan bahwa hidup sehat bisa diperoleh dengan cara berpikir, berucap serta berperilaku baik. Dan kemudian pada abad 20, seorang Masaru Emoto membuktikan melalui penelitian tentang perilaku air, The Message from Water. Para resi mengajak kita agar melayani sesama. Melayani sesama berarti mengasihi sesama makhluk hidup sebagaimana kita mengasihi diri sendiri.

Pada abad ke 20, pesan ini dibuktikan kebenarannya melalui penelitian tentang air. Tubuh kita terdiri dari 70% an air. So, saat kita berpikir, berujar serta berperilaku buruk, sesungguhnya kita sedang merusak kesehatan kita sendiri. Kekuatan air menyerap informasi terbukti dari kemampuan otak menyimpan memori. Otak kita terdiri dari lebih dari 90% cairan.

Seorang Ramanujan, seorang India yang hidup di desa jauh dari kota membuktikan adanya rumusan matematika yang saat itu belum bisa ditemukan oleh para ahli matematika. Silahkan lihat ulasan film ini. Ia seorang yang rajin berdoa di kuil Hindu. Tanpa disadari ia gemar menuliskan rumus-rumus matematika. Dan kemudian ia diundang 0leh Cambridge University untuk mempublikasikan rumusan yang ditemukannya. Pada awalnya banyak yang meremehkan, namun kemudian ia berhasil membuktikan bahwa rumus matematika tersebut benar bisa digunakan untuk menunjang kemajuan teknologi.

Para resi juga mengatakan bahwa manusia harus lahir kembali. Dan sekarang para ahli di bidang kedokteran membuktikan bahwa setiap 5-7 tahun setiap sel tubuh kita mati kemudian diganti dengan sel yang baru. Artinya bahwa kita sudah mati berulang kali. Misalkan kita berumur 60 tahun, tanpa kita sadari kita sudah mati sebanyak 6-7 kali. Seluruh sel pada tubuh sudah mati dan diganti yang baru sebanyak 6-7 kali. Namun, kita masih bisa ingat peristiwa 20-30 tahun yang lalu. Dengan kata lain, sesungguhnya yang masih eksis sejak kita kecil sampai sekarang adalah mind atau pikiran serta perasaan.

Dari hal tersebut di atas, kita bisa menarik pelajaran bahwa saat kita mati secara total karena masa kunjungan ke dunia sudah usai, tubuh terurai kembali ke elemen asalnya atau balik menjadi tanah atau bumi, mind kita masih ada. Mind tidak mati atau terurai menjadi tanah. Bagian ini yang terus mengalami evolusi, bukan jiwa. Jiwa tidak pernah lahir dan tidak pernah mati. Sang Maha Jiwa abadi adanya.

Pentingnya hidup selaras dengan alam juga pernah disampaikan oleh para suci. Saat kita bisa mengasih serta tidak menebang pohon, kita terbebaskan dari bencana alam. Kita sekarang mengalami bencana karena kita tidak mengindahkan pesan para resi atau bijak zaman dahulu. Ada keterhubungan erat antara pikiran kita dengan alam. Ke duanya adalah getaran.

Jika kita mau menyimak dengan hati terbuka, para resi yang tingkat spiritual yang telah berada di level atas akan banyak hal yang mereka katakan dibuktikan kebenarannya melalui sains. Sains membuktikan spiritualitas yang pernah dikatakan para bijak atau resi pada zaman dahulu.

Bukan kah hukum aksi reaksi juga sebagai bukti hukum karma? Yang kita tabur yang akan kita tuai. Hukum sebab akibat adalah hukum karma/perbuatan. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun