Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makanan adalah Obat

22 November 2021   09:26 Diperbarui: 22 November 2021   09:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecerdasan pilih makanan

Kecerdasan pilih makanan menunjukkan kualitas mental seseorang. Memang aneh pernyataan ini, tetapi realitanya memang seperti itu. Yang aneh adalah bagaimana seseorang bisa memburu makanan yang tidak sehat. Yang lucunya, kita hanya mendengarkan kata orang bahwa makanan tersebut enak. Kita tidak lagi makan sebagaimana yang dibutuhkan oleh tubuh. Kita berburu makanan yang tidak menunjang kesehatan kita adalah pola hidup orang sakit. Ini pertanda bahwa kita belum memahami tujuan dari makan itu sendiri.

Untuk menanamkan dalam diri sendiri bahwa makan itu juga merupakan obat; bukan obat lapar saja, tetapi juga obat untuk menunjang kesehatan mental kita. Bila kita hanya sekedar mengumbar rasa enak, kita belum sampai pada tingkat kecerdasan pilih makanan. Untuk sampai pada tingkat ini dibutuhkan pengetahuan yang luas.

Pengetahuan yang tepat

Makanlah bila dalam keadaan lapar, dan berhentilah sebelum kenyang. Inilah pesan seorang bijak yang lahir di wilayah Timur Tengah yang menebarkan pesan mulia: Rahmat bagi sekalian alam. Bila kita memang berburu makanan, kita tidak lagi berpikir tentang baik atau tidaknya gizi makanan tersebut bagi kesehatan tubuh kita.

Pemilihan jenis makanan bertujuan untuk menunjang pengembangan kesadaran kita; bertujuan untuk menunjang evolusi kesadaran. Bukankah tujuan kelahiran utama manusia untuk menjadi insan mulia? Tak pelak lagi, semua ajaran atau kepercayaan merujuk ke satu ini.

Untuk menjadi insan mulia, kita mesti membenahi diri. Hanya dengan cara membenahi diri kemudian kita bisa mengembangkan pola hidup mulia. Setelah itu kita baru bisa berbagi kebahagiaan. Berbagi kebahagiaan bermakna memberikan arti Kehidupan bagi semua makhluk di bumi, baik bergerak/hidup maupun tidak bergerak. Tidak satu pun benda tidak hidup, bahkan bumi yang kita anggap mati pun sesungguhnya hidup. Mau bukti?

Bumi Hidup

Ingatlan pepatah Jawa Kuno: Urip iku Urup. Ya, hanya makhluk yang hidup bisa berbagai Kehidupan bagi lainnya. Dari manakah sumber makanan? Dari tanaman tentunya. Di manakah tanaman mendapatkan nutrisi agar tetap hidup? Dari bumi pastinya.

Oleh karena itu bumi ini kita sebut Ibu Pertiwi. Bukankah kita bisa hidup juga dari air susu seorang ibu?

Sayangnya kebanyakan dari kita masih saja menganggap bahwa dengan memberikan persembahan bagi Ibu Bumi dianggap menyembah berhala. Bahkan banyak perilaku yang pada ujungnya mengakibatkan kerusakan bagi alam sekitar. Dengan kata lain, kita belum bisa menerima bumi ini sebagai ibu kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun