Pertanyaan menarik: 'Apakah yang bisa membuat kita bisa hidup?'
Alam dan isinya membuat manusia bisa hidup. Tanpa ruang, kita tidak bisa hidup. Tanpa ada makanan, tumbuhan, hewan serta air, kita tidak bisa hidup. Jangan lupa, usara membuat kita hidup. Jadi yang bisa membuat atau menopang kehidupan kita adalah alam semesta.
Banyak orang tidak mau memahami Dharma. Bahkan begitu mendengar kata atau istilah Dharma, kita langsung menolak. Kita masih mengkaitkan kata atau istilah dengan keyakinan tertentu tanpa mau memahami esensi dari kata tersebut. Melakoni hidup sesuai dengan Dharma itu yang dibutuhkan agar terwujud kehidupan yang harmonis.
Keharmonisan dengan alam berarti melakoni dharma. Tidak perlu mengakaitkan atau menghubungkan kata Dharma dengan keyakinan tertentu. Ketertutupan diri kita terhadap kata atau istilah membuat kita mengkerut. Ketertutupan kita terhadap suatu pengetahuan kemudian melakoni karena kita anggap yang kita yakini selama ini paling baik membuat kita semakin sakit. Sakit mental inilah penderitaan yang menakutkan. Bagaikan neraka itu sendiri.
Kedangkalan pola pikir kita akan memengaruhi mekanisme kerja organ tubuh kita. Dan ketika mekanisme terganggu, maka terjadi ketidakseimbangan atau ketidak-harmonisan dalam diri kita, dan pada akhirnya kita menjadi sakit. Kesehatan otak pun berkaitan dengan cara pandang.
Keluasan pikiran atau pandangan terhadap sesuatu yang baru amat sangat membantu evolusi mind yang belum sadar menjadi sadar. Mind yang sadar ini disebut intelejensia atau buddhi.Â
Gugusan mind yang sadar atau intelejensia ini yang membuat kita menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang utuh adalah manusia yang memiliki harmonisasi dengan alam. Kemanusiaan dalam diri ini membuat seseorang menjadi insan Tuhan. Ia memahami perannya sebagai manusia, menebar kebajikan uentuk kepentingan bersama. Bukan hanya untuk golongan atau kelompok sebagaimana keyakinannya sendiri.
Kita tidak bisa hidup hanya dengan melakukan ritual dan sembahyang sebatas gerakan. Kita mesti me-implementasikan segala macam ritual atau sembahyang dalam kehidupan yang selaras atau harmonis dengan alam semesta. Adanya harmonisasi manusia dengan alam merupakan aktualisasi Dharma.
Ketidaksadaran kita membuat alam semesta kacau. Tanpa kita sadari pola pikir kita yang hanya mementingkan golongan atau kelompok sendiri mengacaukan kedamaian alam semesta. Kebanyakan dari kita menganggap bahwa bila kita telah melakukan gerak sebagaimana yang disarankan dalam keyakinan kita, kita sudah bebas melakukan segala tindakan. Seakan kita sudah melakukan kewajiban dengan gerak yang tanpa dilandasi pemahaman.
Inilah keteledoran kita. Kita hanya melihat atribut luaran. Kita lupa esensi jati diri kita. Kita masih menyembah tampakan luar. Kita lupa bahwa leluhur kita dahulu memiliki kepercayaan animisme. Suatu kepercayaan yang menghargai alam. Yang lebih memprihatinkan kita lupa dengan istilah SembaHyang. Kita menyembah atau mengormati Hyang.
Hyang bisa diwakili oleh pohon. Bayangkan, bisakah kita hidup tanpa pohon?