Adalah Napoleon Hill (1883-1970), seorang motivator tulen asal Amerika Serikat, yang memopulerkan konsep Going the Extra Mile di Barat (baca juga Total Succes oleh Anand Krishna)
Di belahan Timur, konsep ini sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Serat Bahagvad Gita (lihatmBhagavad Gita bagi Orang Modern oleh Anand Krishna) menyebutnya Nishkama Karma, maknanya persis sama dengan peribahasa Jawa, Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe. Yakni, bekerja tanpa hitung-hitungan, bekerja keras tanpa memikirkan hasil. Sebab, hasil sudah pasti sendiri. Tidak perlu memboroskan energi untuk memikirkan hal itu.
Intinya, bekerjalah dengan seluruh kesadaran serta segenap energi Anda terpusatkan pada apa yang sedang dikerjakan. Jangan sampai kesadaran dan energi Anda bercabang, sebagian ada pada pekerjaan, sebagian memikirkan hasil. Dengan cara itu, Anda hanya memboroskan energi. Hasilnya pun tak akan optimal.
Bekerja dan Bekerja..... Sekali lagi, tidak hitung-hitungan, Oh, pekerjaan ini kan tidak sesuai dengan job description saya, ini bukan tugas saya. Atau, Jam kerja saya kan hanya dari jam 9 pagi sampai 5 sore termasuk 1 jam untuk istirahat, kenapa saya mesti bekerja sampai jam 6 sore? Kalau ada yang tidak selesai, ya, akan saya selesaikan besok.
Pola pikir seperti itu membuat kita seorang mediocre yang biasa-biasa saja, tanpa sesuatu yang unik. Kita menjadi bagian dari kerumunan. Harga diri kitak lebih dari barang - barang kodian.
Aneh tapi nyata....... para mediocre bukanlah mereka yang tidak berpendidikan. Mereka bisa berpendidikan, bahkan memiliki gelar. Pendidikan tinggi dan gelar tidak menjamin bila seseorang bisa bekerja ekstra, bisa go the extra mile.
Dan, tanpa kemampuan untuk going the extra mile, seseorang tidak akan memiliki jiwa entrepreunership. Sifat hitungan mematikan semangat dagang. Demikian, ia menjadi seorang pekerja biasa saja.
Beberapa Waktu yang Lalu, cerita tentang seorang tukang cat ini sempat beredar lewat WhatsApp. Barangkali Anda pun pernah menerimanya......
Seorang tukang cat menerima pekerjaan untuk mengecat perahu milik seorang nelayan. Tentunya, bagi si tukang cat itu adalah pekerjaan sehari-hari. Itulah profesinya, tiada sesuatu yang luar biasa.
Saat mengecat, dia melihat lubang lambung kapal.... Di sini, kita mesti berhenti dulu sejenak.Â
Apa yang akan kita lakukan jika berada dalam posisi tukang cat? Ada beberapa kemungkinan.......
Pertama, dan ini adalah yang terjelek: Kita tidak peduli, menyelesaikan pekerjaan sesuai pesanan, yaitu mengecat perhau, mendapatkan upah, dan pergi.
Kedua: Kita memebritahu pemilik perahu itu dan meminta upah tambahan untuk menutupi lubang. Ini adalah pilihan mediocre, pilihan umum - hitung-hitungan.
Pilihan Ketiga: Dan, ini yang dilakukan oleh tukang cat itu..... Ia menutup lubang itu, mengecatnya degan rapi, menyelesaikan pekerjaan, menerima upah, dan bahkan tidak memberitahu pemilik perahu bahwa ada pekerjaan tambahan yang dilakukannya. Ini adalah contoh going extra mile. Tidak hitung-hitungan.