Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Balajarlah dari Kearifan Lokal

4 Oktober 2021   09:18 Diperbarui: 4 Oktober 2021   09:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

So, sesungguhnya Tuhan tidak bisa disembah atau dipuja, hanya bisa dirasakan kehadiran-Nya. Dia berada di dalam dan di luar kita manusia. Bagaimana mungkin menganggap Tuhan di atas atau di bawah? 

Kegagapan atau ketidaktahuan tentang Tuhan seharusnya membuat kita sadar akan kebodohan kita sehingga tidak menghakimi kepercayaan lainnya buruk atau jelek. Dan pemahaman ini yang dibawa masuk ke wilayah luhur nusantara.

Warisan luhur

Leluhur nusantara meninggalkan warisan berupa kearifan lokal. Dan dengan melakoni dalam kehidupan sehari-hari bisa menciptakan kedamaian dan ketentraman di bumi ini. Di Bali dikenal kearifan Tri Hita Karana; Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.

Parahyangan bermakna Hubungan manusia dengan Tuhan atau Ilahi

Pawongan bermakna Hubungan manusia dengan sesama manusia

Palemahan bermakna Hubungan manusia dengan lingkungan.

Dengan melakoni hubungan dengan ke tiganya, maka menjadikan diri mulia. Menyadari bahwa manusia bisa tetap hidup atau eksis bila melakoni kehidupan berlandaskan kepentingan bersama dengan sesama manusia dan lingkungan. Menyadari bahwa kita tidak bisa hidup tanpa ke duanya membuat kita bahagia.

Lebih jelasnya tentang asal usul keluhuran nusantara kita membuat kita bisa sadar bahwa kita adalah pewarih luhur. Namun bukan berarti kita tidakmemberikan apresiasi pada kepercayaan atau keyakinan lainnya. 

Kesadaran diri akan kemuliaan  Nya membuat kita bisa apresiasi ajaran dari keyakinan atau kepercayaan lainnya. Tentu yang selaras dengan alam. Bukan untuk merendahkan atau mengatakan bahwa keyakinan kita paling sempurna. Sesungguhnya anggapan paling sempurna juga membingungkan. Siapa kita bisa menilai bahwa keyakinan kita paling sempurna?

Bukan kah yang menilai pikiran kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun