So, sesungguhnya Tuhan tidak bisa disembah atau dipuja, hanya bisa dirasakan kehadiran-Nya. Dia berada di dalam dan di luar kita manusia. Bagaimana mungkin menganggap Tuhan di atas atau di bawah?Â
Kegagapan atau ketidaktahuan tentang Tuhan seharusnya membuat kita sadar akan kebodohan kita sehingga tidak menghakimi kepercayaan lainnya buruk atau jelek. Dan pemahaman ini yang dibawa masuk ke wilayah luhur nusantara.
Warisan luhur
Leluhur nusantara meninggalkan warisan berupa kearifan lokal. Dan dengan melakoni dalam kehidupan sehari-hari bisa menciptakan kedamaian dan ketentraman di bumi ini. Di Bali dikenal kearifan Tri Hita Karana; Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.
Parahyangan bermakna Hubungan manusia dengan Tuhan atau Ilahi
Pawongan bermakna Hubungan manusia dengan sesama manusia
Palemahan bermakna Hubungan manusia dengan lingkungan.
Dengan melakoni hubungan dengan ke tiganya, maka menjadikan diri mulia. Menyadari bahwa manusia bisa tetap hidup atau eksis bila melakoni kehidupan berlandaskan kepentingan bersama dengan sesama manusia dan lingkungan. Menyadari bahwa kita tidak bisa hidup tanpa ke duanya membuat kita bahagia.
Lebih jelasnya tentang asal usul keluhuran nusantara kita membuat kita bisa sadar bahwa kita adalah pewarih luhur. Namun bukan berarti kita tidakmemberikan apresiasi pada kepercayaan atau keyakinan lainnya.Â
Kesadaran diri akan kemuliaan  Nya membuat kita bisa apresiasi ajaran dari keyakinan atau kepercayaan lainnya. Tentu yang selaras dengan alam. Bukan untuk merendahkan atau mengatakan bahwa keyakinan kita paling sempurna. Sesungguhnya anggapan paling sempurna juga membingungkan. Siapa kita bisa menilai bahwa keyakinan kita paling sempurna?
Bukan kah yang menilai pikiran kita?