Sebagai penganut animisme merupakan suatu kebanggaan. Saya bangga disebut sebagai penganut animisme. Mengapa tidak???
Animal memiliki akan kata yang sama anima, Latin yang berarti hidup. Hidup berarti memiliki jiwa. Semua benda memiliki daya hidup atau jiwa. Setiap benda adalah hidup. Dengan kata lain, tidak ada yang mati, semuanya bergerak. Ini terbukti karena tidak satu pun di dunia ini yang tidak berubah. Perubahan adalah keabadian. Senantiasa berubah.
Batu, pasir, tanah, dan logam selalu berubah. Batu tergerus kemudian terbentuklah pasir. Daun dan kayu pun bisa membusuk kemudian jadi pupuk, dan selanjutnya.
Bagi yang bergerak, kita bisa menerima dengan mudah bahwa benda tersebut hidup. Tetapi, bagi batu, tanah, gunung, kayu, dan lain yang tidak bergerak, kita akan sulit menerima bahwa dalam benda tersebut ada jiwa atau daya hidup. Mari kita renungkan...
Bila kita percaya bahwa Tuhan adalah maha hidup, dan tiada sesuatu yang di alam ini bisa berada di luar Tuhan, bukankah kita semua adalah benda yang berjiwa? Seluruh alam semesta dalam Sang Maha Jiwa yang Mahahidup. Sehingga semua benda, bisa bergerak atau tidak, sesungguhnya memiliki jiwa.
Keyakinan leluhur
Leluhur kita, nusantara yang juga merupakan satu wilayah peradaban Sindhu, Indus, Hindu, Hindia, memiliki kepercayaan Animisme. Kepercayaan yang mengakui bahwa semua benda di alam ini hidup. Sebagai bukti....
Kita semua hidup dari tumbuhan yang bisa hidup hanya di bumi. Bukankah bumi memiliki jiwa yang menghidupi? Tanpa adanya daya hidup pada bumi, tanaman tidak bisa tumbuh serta berkembang.
Kepercayaan luhur warga bumi adalah menghargai atau me-apresiasi semua makhluk serta lingkungan di sekitar kita. Kita semua berada dalam 'Unified Field of Energy'. Hal ini dikatakan oleh Albert Einstain. Kita terhubung dalam medan energi yang satu dan sama.
Mengacu pada pernyataan Albert Einstein di atas, apa yang diyakini dan dilakukan oleh leluhur kita tidak salah. Atau bahkan bisa kita katakan betul sekali. Adalah ketidak mengertian kita akan akar kata 'Anima' sehingga dengan rasa takut, kita tidak mau mengakui bahwa yang dilakukan nenek moyang kita merupakan hal yang patut dibanggakan.