Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tidak Ada yang Disebut Alam Bawah Sadar

9 Oktober 2020   09:30 Diperbarui: 9 Oktober 2020   09:45 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Alam bawah sadar

Sesungguhnya tidak ada yang disebut sebagai alam bawah sadar. Semuanya dalam satu kesatuan, dalam arti tidak ada kopartemen yang memisahkan antara alam sadar dan tidak sadar. Inilah sebabnya seorang bijak hanya melihat satu mind pada diri seseorang. Ia yang bijak melihat secara utuh kehidupan masa lalu seseorang.

Ketika seseorang meninggal dunia, mind dan gugusan perasaan yang disebut sebagai roh meninggalkan tubuh dalam bentuk badan astral atau tubuh halus terakhir. Dan bila saatnya tiba, bentuk tubuh halus terakhir pun akan punah. Hal Ini terjadi ketika si mind serta gugusan perasaan masuk ke rahim seseorang untuk membentuk tubuh baru. Termasuk membawa mind yang juga mengandung yang disebut sebagai alam bawah sadar.


Bagaimana mengingat Tuhan saat meninggal?

Hal ini perlu dilatih saat kita masih hidup berbadan kasar. Kualitas pikiran intelektual harus ditransformasi menjadi buddhi atau intelejensia. Kita harus berupaya melepaskan keterikatan pada bendawi. Pikiran yang selalu memikirkan bendawi atau meteri akan membentuk kualitas mind sebagaimana yang dipikirkan selalu. Ia akan memiliki bobot sebagai materi. So, tidak mengherankan bila ia memiliki daya tarik gravitasi untuk segera lahir kembalti.

Bila kita gampang kecewa dan marah atau merasa menderita bila kehilangan sesuatu, itulah tandanya bahwa kualitas mind masih banyak keterikatan terhadap bendawi. Perasaan kehilangan menjadi kekecewaan, dan bahkan kemarahan atau kecemasan membuktikan besarnya keterikatan. Bila kondisi seperti ini terbawa pada saat meninggal, pastilah perasaan kesakitan yang amat sangat bisa terjadi. Bagaikan lem atau perekat yang amat kuat. Ketika si benda yang direkatkan harus dilepaskan, maka akan sangat sulit.

Latihan meditasi, Yoga serta sadhana atau laku spiritual lainnya menjadi sarana untuk melepaskan keterikatan sehingga memungkinkan mengurangi kerekatan lem keterikatan. Dalam tradisi Peradaban Sindhu Saraswati, yang sesungguhnya wilayah nusantara sebagai bagian tidak terpisahkan telah memahami akan hal ini.

Belajar dari Timur

Yang membawa istilah alam sadar dan alam bawah sadar adalah pola pikir Barat. Cara berpikir materi menganggap ada kompartemen yang memisahkan antara alam sadar dan alam bawah sadar.

Oleh karena itu, Carl Gustav Jung menyatakan bahwa bila ingin memahami tentan alam Kesadaran mesti dari Timur. Para rishi atau para bijak dari Timur telah amat sangat lama memahami hal ini. Bahkan mungkin lebih dari 12.000 tahun yang lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun