Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bangsa Tanpa Peninggalan Sejarah Senjata Tajam, Bangsa Unggul

19 Mei 2015   13:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini kita temukan di Majapahit adalah peninggalan senjata seperti keris dan tombak. Di bagian manapun peninggalan sejarah budaya di nusantara akan banyak ditemui peninggalan senjata tajam. Bukan saja di nusantara, di belahan dunia lain seperti Mesir, Yunani kuno, Tiongkok juga banyak ditemukan peninggalan senjata tajam. Artinya???? Artinya bahwa bangsa tersebut suka perang..... Artinya bangsa tersebut senang invasi atau menguasai bangsa lain dengan kekerasan... Bangsa yang menyisakan senjata tajam untuk pertempuran adalah bangsa yang belum memahami hidup selaras dengan alam. Bangsa yang mengandalkan senjata untuk hidup berarti juga bangsa yang hidup bertahan dari serangan orang lain. bangsa yang belum meletakkan kebajikan di atas segalanya. Lain halnya leluhur bangsa Shind. Di area Mohenjo-Daro, salah satu propinsi di Pakistan dapat dilihat suatu peninggalan yang berbudaya tinggi. Selama ini bangsa yang memiliki peninggalan bangunan yang bisa disejajarkan dengan bangsa modern saat ini, belum ada ditemukan peninggalan senjata tajam. Lihatlah bangunan ini: Sumber: sewerhistory.org

Lihatlah saluran atau drainase jalan yang ditinggalkan. Mereka sudah sadar akan bahaya jika air tergenang. Suatu kesadaran yang masih sulit diaplikasikan bahkan oleh bangsa yang katanya modern seperti kita. Coba bandingkan dengan saluran drainase yang di Jakarta serta sekitarnya. Lihatlah jalan di Jakarta dan sekitarnya, sama sekali tidak ada saluran air di pinggir jalan sehingga banjir sedikit saja, air sudah menggenang. Masyarakat cenderung menumpahkan kesalahan pada orang lain. Di sisi lain, mereka tidak mau memelihara saluran drainase dengan baik. Kesadaran akan kepentingan bersama sangat rendah. Sangat sulit mengubah pola pikir bangsa yang senang mencari kambing hitam. Yang pada akhirnya, kambing hitam pun habis. Ahhhh.....!!!!! Sanitasi (Kesehatan) Teknik atau cara-cara pembangunan rumah telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan berhubungan langsung dengan udara bebas sehingga perputaran dan pergantian udara cukup lancar. Di samping itu, saluran pembuangan limbah dari kamar mandi dan jamban yang ada di rumah dihubungkan langsung dengan jaringan saluran umum yang dibangun dan mengalir di bawah jalan, di mana pada setiap lorong terdapat saluran air menuju ke sungai. Dari bangunan yang ditinggalkan terbukti bahwa bangsa yang hidup 4500 tahunan yang lalu telah memahami bahwa adanya sinar matahari yang masuk ke rumah membuat rumah sehat. Selain itu, adanya ventilasi udara berupa jendela membuktikan bahwa bangsa ini sadar bahwa udara yang mengalir memberikan efek terhadap kesehatan manusia. Hal yang luar biasa adalah adanya jamban pembuangan air besar dalam setiap rumah. bahkan di lantai dua pun ada jamban keluarga. Bandingkan dengan penduduk kita yang saat ini hidup di perdesaan. Banyak yang belum sadar akan penyediaan jamban keluarga yang tertata. Secara menyeluruh tata kotanya luar biasa. Semua jamban saluran pembuangan dari rumah sudah dibangun secara terintegrasi ke saluran umum di bawah jalan. Suatu kesadaran lingkungan yang luar biasa. Suatu bangunan yang saat ini pun masih langka di daerah perkotaan. Sistem saluran seperti ini belum secara utuh dibangun di kota besar. Betapa tinggi kesadaran bangsa ini..... namun, jangan khawatir. Teknologi dan kesadaran mereka berasal dari nusantara.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun