Saat kita hidup. Bukankah kita selalu berpikir????
Apa yang kita pikirkan tentu menciptakan gelombang pikiran. Jika kualitas pikiran kita masih saja tentang bendawi, tentang kenyamanan yang berhubungan dengan indra, dapat dipastikan kita menjadi kontributor pencemar udara. Â Pikiran yang hanya mementingkan golongan, kelompok, dan diri sendiri adalah sifat ego. Bukankah pikiran seperti ini tidak selaras dengan getaran semesta? Sifat dari alam semesta adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama agar kita bisa hidup dengan bahagia bersama. Ini juga sifat sag Maha Jiwa, Tuhan seru sekalian alam.
Bukankah para nabi juga telah berpesan bahwa kehadiran manusia di bumi sebagai rahmat?
Kita tidak merasa bersalah bahwa kita lah sesungguhnya pencipta bencana di muka bumi. Benarkah pemanasan global karena kehendak Tuhan??? Memang siapa yang membuang gas CO2 di udara?
Pikiran kita yang hanya bergerak di kesadaran badan atau kenikmatan indrawi telah berkontribusi terhadap mutasi dari virus di alam. Mereka jadi licik. dari mana pikiran licik??? Jelas dari manusia yang selalu licik cara pikirnya...
Lantas bagaimana solusinya???
Sangat mudah hanya sulit dilakoni. Tetapi bukan tidak mungkin. Ubah cara pikiran dari hanya memikirkan bendawi ke arah pemikiran evolusi kesadaran. Bagaimana berpikir selaras dengan sifat alam atau Tuhan. Berpikirlah pada Kesadaran Jiwa.........
Kesadaran jiwa membuat kita bahagia abadi. Karena jiwa abadi, maka kebahagiaan juga abadi.......
Besar kemungkinan anda akan bertanya:
Bagaimana mengukurnya???
Sangat mudah !!!!