Selama ini kita kenal hanyalah polusi suara. Ketika suara diukur dan melampaui ambang batas yang ditentukan oleh manusia agar telinga tidak mengalami gangguan penyakit. Demikian juga kualitas air. Ada alat ukur tertentu yang dibuat atau ditentukan oleh manusia agar air yang diminum tidak mengganggu makhluk hidup, dalam hal ini ikan. Atau juga manusia ketika air minum tersebut dikonsumsi oleh manusia.
Tetapi, apakah kita pernah mengamati peristiwa di sekeliling kita bahwa ada hal lain yang di luar pengamatan secara fisik?
Polusi pikiran.....
Mungkin atau dapat dipastikan bahwa banyak orang membantah. Dan akan mencibir bibir dengan memanjangkan nya seperti Tukul Arwana. No problem, itu hak mereka...
Mari kita amati atau kita renungkan secara dalam dengan pikiran yang jernih. Untuk apa??? Itu jawaban sebagian orang....
Okay. Silakan tinggalkan tulisan ini. Jangan diteruskan membacanya....
Ketika seseorang meninggal, banyak penelitian telah membuktikan bahwa bobot si orang yang mati berkurang +/- 21 gram an. Padahal, jika kita teliti secara fisik, tidak satupun benda yang hilang. Ia hanya hilang roh nya. Jiwa tidak hilang. Karena jiwa bukan lah roh. Jiwa abadi adanya. Tidak pernah lahir dan tidak pernah mati. Roh beda.
Roh terdiri dari pikiran, perasaan, dan emosi. Perasaan dan emosi berpangkal dari pikiran. Ketika melihat sesuatu, kita berpikir. Akibatnya, emosi dan perasaan bergejolak. Karena pikiran adalah getaran, maka ia materi. Dari hasil penelitian juga bahwa ketika frekuensi semakin rendah angkanya, pikiran semakin tenang. Saat seseorang marah, pikirannya bergetar atau berdenyut sangat tinggi. Frekuensi atau getaran pikirannya semakin tinggi. Kepadatan materi yang dihasilkan semakin tinggi.
Perasaan dan emosi semakin memanas atau tinggi. Ini semua adalah energi. Dan energi memberikan dampak pada sekitar kita. Dapat dipastikan bahwa ketika emosi atau pikiran tergerak lebih cepat tentu berhubungan dengan kenyamanan indrawi. Kenyamanan indrawi tentu terkait dengan benda duniawi. Di sini permasalahannya. Sebab memikirkan benda atau materi, akibat yang dihasilkan pada kualitas pikiran juga sama. Kualitas bendawi atau identik dengan kepadatan bendawi.
Jika kebanyakan orang yang saat meninggal hanya memikirkan benda duniawi, sekian juta atau milyar roh bergentayangan berkualitas bendawi. Mereka tidak ringan. Dengan kata lain, mereka tidak bisa menembus lapisan bebas gravitasi. Alhasil, mereka jadi materi pencemar udara. Ini dari segi kualitas roh yang membuat udara sekitar kita polusi. Mungkin banyak orang berpikir dan menggerutu: 'Dasar penulis kurang kerjaan dan ngawur !!!' Lha jika ngawur mengapa dibaca? Bukan kah dari awal sudah diingatkan, Jangan diteruskan membacanya?
Mari kita lanjutkan....