Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alasan Keterlambatan Reformasi....

7 Agustus 2014   16:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:10 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini kita bertanya-tanya, 'Mengapa Reformasi tidak berjalan mulus'. Ini jawabannya...

"No body can hurt me without my permission." Tak seorang pun dapat menyakitiku bila aku tidak mengizinkannya.

( Be The Change ! by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Karna mendukung Kurawa karena sakit hati terhadap Pandawa. Ia sakit hati terhadap ibu kandungnya yang melahirkan di luar nikah, kemudian membuangnya. Ia sakit hati terhadap Krishna yang dianggapnya berpihak pada Pandawa.

Karna seorang bijak, seorang dermawan, seorang pemimpin yang ideal, tetapi seluruh kebaikannya itu seolah terlupakan oleh sejarah karena keberpihakannya pada Adharma, pada pelaku kejahatan.

Karna membenarkan posisinya bersama Kurawa, padahal ia tahu persis bahwa Kurawa tidak berpihak pada Dharma, pada Kebajikan. Kurawa bukanlah pemimpin yang ideal. Sayang, hanya karena sakit hati, mata Karna tertutup. Ia tidak mampu melihat kebenaran, maka hancurlah dirinya bersama Kurawa. (Sepertinya hal ini juga terjadi pada Prabowo Subiyanto. Alasannya sakit hati... Ulangan kejadian. Tidak ada yang baru)

Bila ingin menjadi seorang pemimpin, jangan memelihara virus "sakit hati". Terlebih lagi jangan sampai penyakit itu dijadikan pemicu dan motivasi untuk maju ke depan.

Bila kita merasa "bisa disakiti", kita sungguh lemah. Perasaan itu saja sudah membuktikan bahwa kita tidak layak untuk menjadi pemimpin.

Reformasi yang terjadi di negeri ini tidak berjalan mulus, tidak sesuai dengan harapan banyak orang karena fondasinya adalah  kebencian terhadap orde yang lama. Apa yang disebut "orde lama" itu dijadikan referensi untuk mengadakan reformasi, maka itu pula yang terjadi. Orde yang lama mengalami "re"-formasi, pembentukan ulang. Bahan bakunya masih sama, adonannya masih sama, bentuknya saja yang berubah. Cara penyajiannya saja yang sedikit lebih keren.

Penindasan masih terjadi. Undang-undang lama yang sudah tidak berguna masih digunakan. Pemerintah masih enggan melayani, masih mau menguasai dan memerintah saja. Kenapa bisa begitu? Karena, apapun yang kita lakukan dengan sakit hati sudah pasti mencerminkan penyakit kita sendiri.

Setiap aksi menimbulkan reaksi yang setimpal. Ini merupakan hukum alam. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Setiap orang bertanggung jawab terhadap alam, terhadap Keberadaan-terhadap Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun