Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengetahui Masa Depan Adalah Penderitaan...

24 September 2014   20:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:40 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sumber: www.idubba.com

Kebanyakan orang tidak sadar akan hal ini. Tulisan saya terinspirasi ketika menonton Maha Bharata. Adegan ini terjadi ketika menjelang perang Bharatayudha. Drupadi ingin mengetahui bagaimana nasib anak-anaknya dan Abimanyu dalam perang besar Baharatayudha. Perang besar ini bukanlah dongeng, tetapi perang yang benar-benar terjadi 5000 an tahun yang lalu. Perang menggunakan nuklir. Banyak fakta sejarah membuktikannya. Sya tidak akan membahas sejarah perang, silakan tanya mbah Google. Dengan enggan Krishna menjawab, namun sesungguhnya ia tidak bersedia menjawab pertanyaan Drupadi. Ia tidak bersedia membuka rahasia alam. Karena desakan Drupadi atau Pancali yang terus menerus, akhirnya ia mengatakan bahwa seluruh putra Pandawa akan meninggal dunia dalam perang besar dinasti Bharata. Dan dapat ditebak, Drupadi pun sedih. Ia tidak rela anak-anaknya meninggal dalam perang Bharatayudha. Ini;ah ego manusia. Keinginan kita semua pun demikian, biarlah kerabat pihak lawan yang menderita. Kita sangat tidak rela jika pihak kita mengalami kerugian. Kita lupa prinsip keagamaan. Perlakukanlah orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan. Banyak dari kita ingin mengetahui masa depan kita, namun setelah diberitahu bahwa kita akan mengalami ini dan itu, kita balik mengalami penderitaam. Mengapa??? Kita tidak hidup di masa kini. Jadi sesungguhnya penderitaan kita terjadi karena kita hidup di masa yang akan datang. Bukan secara fisik, namun pikiran. Ketika kita hidup hanya atas dasar pikiran dan perasaan, kita akan mengalami penderitaan. Pikiran kita selalu saja mencari keuntungan bagi diri sendiri. Semua selalu ditimbang berdasarkan keuntungan bagi golongan, kelompok, dan diri sendiri. Inilah sumber derita. Kita lupa bahwa alam atau Tuhan telah menutup atau me- seal pikiran kita dari masa kehidupan lalu dan yang akan datang. Dia tahu dengan persisi bahwa hanya dengan hidup kekinian, kita bisa bahagia. Penderitaan terjadi ketika pikiran kita di masa lampau atau masa depan. Rasa kecewa, amarah, iri hati, dan dengki terjadi ketika kita ingat peristiwa atau kejadian masa lalu. Kita marah atau kecewa karena kegagalan mendapatkan sesuatu di masa lalu. Dengan sendirinya, kita hidup di masa lalu. Kita tidak hidup do masa kini. Kecemasan sebagaimana yang dialami oleh Drupadi terjadi karena cemas akan kehilangan para putra Pandawa dan Abimanyu. Pikiranya terbang ke masa depan. Ia hidup di masa yang akan datang. Ia mencemaskan peristiwa yang akan datang. Bukankah kita juga sering mengalami hal seperti ini? Kita cemas terhadap sesuatu yang belutentu terjadi. Pada akhirnya kita hidup menderita. Kebahagiaan dan keceriaan terjadi hanya pada saat ini. Tuhan hanya eksis pada saat ini. Kebahagiaan dan kecerian itulah sifat Tuhan. Rasa bersyukur hanya eksis pada saat ini. Tidak eksis di masa lalu atau masa depan. Kita akan mengalami rasa bahagia dan bersyukur ketika kita bisa dengan seutuhnya hidup dalam kekinian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun