Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pikiran Positif vs Sikap Positif...

31 Oktober 2014   18:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:02 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini banyak orang selalu saja mengajurkan agar berpikir positif. Padahal cara pandang ini kurang tepat. saat seseorang diarahkan untuk selalu berpikiran positif, maka orang tersebut akan selalu manfikan pikiran negatif. Bukankah dunia ini eksis karena adanya neutron dan elektron yang bersifat negatif dan positif mengelilingi inti atom? Bukankah ada yang disebut senang kala ada yang dinamakan susah? Bukankah ada yang disebut sehat setelah adanya sakit. Jika sehat merepresentasikan positif, maka sakit adalah representasi dari negatif. So, mungkinkah kita menafikan negativitas? Kita tidak mungkin menafikan unsur negatif. Dunia ini tidak eksis jika tidak ada sebab akibat. Positif dan negatif. Sama halnya dengan api. Terjadinya api karena adanya gesekan. Bukankah dunia ini hidup karena adanya friksi. Friksi menimbulkan energi. Energi ini yang menopang kehidupan di bumi. Hidup menjadi hampa jika tidak ada friksi. Kita mengambil contoh negara Scandinavia. Ternyata di negara tersebut kasus bunuh diri dijumpai sangat tinggi. Siapa yang menyangkal bahwa negara tersebut bukan negara tidak makmur. Pendapatan per kapita mereka sangat tinggi. Kebanyakan mereka bunuh diri bukan karena tekanan ekonomi. Beda dengan negara yang baru berkembang seperti negeri kita. banyak kasus bunuh diri karena tekanan ekonomi. Di negara maju seperti Scandinavia tiada satupun penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka mati bunuh diri karena tidak tahu lagi apa yang mau dikerjakan. Diam di rumah pun mereka bisa makan. Sama sekali tidak tantangan untuk berjuang mencari makan. Passion atau gairah tantangan inilah yang membuat manusia tidak sempat berpikir untuk melakukan bunuh diri. Menerima adanya pikiran positif dan pikiran negatif inilah yang disebut dengan SIKAP POSITIF. Bersikap positif adalah menerima seutuhnya kehidupan ini. Ada kelahiran dapat dipastikan da kematian. Ada susah dapat dipastikan kemudian hari senang.Ada siang pasti digantikan oleh malam. Bunga mawar menjadi indah karena ada bunga dan duri nya. Bunga mewakili unsur positif, sedangkan duri adalah representasi dari unsur negatif. Bunga mawar jadi indah karena ada wakil unsur negatif dari duri dan unsur positif wakil dari keindahan bunga. Menerima kehidupan secara menyeluruh atau holistik adalah sikap posotif. Oleh karenanya. kita bisa bahagia jika mampu menerima bahwa disamping ada kejahatan pasti ada kebajikan. Kita bisa memaafkan seseorang, namun bukan berarti kita melupakan sifat buruk atas kesalahan yang dilakukan. Dengan sikap tidak melupakan seperti ini, kita bisa hidup dengan waspada. Hidup waspada dan hati-hati bukanlah suatu kesombongan. Tujuannya agar kita tidak celaka atau mengalami nasib yang tidak menguntungkan. Bukankah kewajiban setiap orang untuk menjaga tubuh kita? Bukan kewajiban orang lain untuk memelihara kita. Kita mesti ingat:

'Tuhan lebih dekat dari urat lehermu"

Dengan kata lain sesungguhnya tubuh ini tidak terpisahkan dari Tuhan. Tubuh adalah wahana Tuhan untuk berkarya di bumi. Sebaliknya tanpa tubuh, tidak ada yang disebutkan terjadinya evolusi Jiwa menuju penyatuan Agung, Kesempurnaan.

Pikiran damai, tubuh sehat, dan kebahagiaan pun terwujudkan...

Sumber: www.pixabay.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun