Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akibat dari Pikiran Buruk Terjadi Saat Itu Juga...

12 November 2014   15:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:00 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Pikiran jahat manusia dapat menimbulkan perubahan zat kimia psikologis, menghasilkan sejenis racun dalam darah. Dalam kondisi hati yang normal, seseorang menghembuskan udara dari mulut ke sebuah gelas, dinding gelas akan terselimuti sejenis zat bening, namun ketika seseorang dalam perasaannya diliputi kebencian, marah, teror dan iri hati, zat yang melekat di dinding gelas akan timbul warna yang berbeda, melalui analisa kimia diketahui, pikiran manusia yang negatif, cairan dalam tubuhnya akan menghasilkan semacam zat racun".

Penggalan dari sini.

Itulah keadilan Tuhan. Semua pikiran, ucapan, dan bahkan perbuatan buruk terhadap sesama serta lingkungan langsung dibalas saat itu juga. Bukankah dunia ini dasar hukumnya adalah AKSI - REAKSI. Sebab akibat. Dalam semua kitab suci dituliskan bahwa: Setiap manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Tidak satupun kalimat menyatakan bahwa perbuatan buruk bisa dikurangi oleh perbuatan baik.

Jika ada seorangpun memiliki pendapat bahwa perbuatan buruknya dapat dikurangi oleh perbuatan baiknya, dapat dipastikan pendapatnya hanya berlandaskan pikirannya sendiri. Banyak bukti ilmiah yang membuktikan bahwa seseorang yang memiliki pikiran, ucapan, dan perbuatan buruk yang mengalami kerusakan adalah dirinya sendiri.

Pikiran, ucapan, maupun perbuatan buruk yang ditujukan terhadap orang lain bagaikan ulah perilaku seorang jagal. Sayangnya, ia tidak sadar bahwa ia sedang dalam proses penjagalan terhadap diri sendiri. Pikiran yang merusak adalah pikiran-pikiran yang mengutamakan kepentingan atau kepuasan yang bersifat indrawi.

Pikiran yang berlandaskan pemuasan syahwat. Ia lupa bahwa tujuan keberadaan manusia di bumi adalah untuk memuliakan sang jiwa.

Mereka yang selama hidupnya memuaskan syahwat badaniah sesungguhnya belum menyadari hakekat dirinya. Ia lupa bahwa dalam badannya bermukim percikan Sang Jiwa Agung.

Pemuasan syahwat badaniah juga termasuk yang hanya mengutamakan gerakan Tuhan. Celakanya, mereka yang rajin beribadah ke rumah ibadah masih pada tingkat atau level pamer. Memang tidak semua orang memiliki pemikiran demikian. Namun, realitanya sering terjadi bahwa kesadaran pada lapisan luar masih banyak diikuti oleh masyarakat luas. Sedikit yang berani memasuki ranah dunia pengembaraan individu atau inner journey. Dunia hakekat. Dibutuhkan keberanian untuk menempuh jalan yang penuh onak dan duri.

Sumber: Koleksi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun