Mohon tunggu...
Hensu Hendrasuparyanto
Hensu Hendrasuparyanto Mohon Tunggu... -

Hidup adalah sarana pembelajaran. Hidup juga adalah bukti adanya tumbuh-kembang. DIA adalah Sang Maha Guru atas pembelajaran ini. Sebaik-baik guru, pastinya tak akan rela para muridnya gagal. Sebaik-baik murid, tentulah taat dan bersungguh-sungguh atas pembelajaran dari Sang Guru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pulang Kerja Tepat Waktu, Kenapa Sulit?

9 Mei 2010   13:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:19 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Abstract

Manusia diciptakan Tuhan  dengan  visi dan misi yang sudah tertentu. Peran terbesarnya adalah sebagai Khalifah Bumi, dalam makna bahwa setiap manusia haruslah mampu menghadirkan peran-peran positip kemanfaatan untuk kemuliaan kehidupan di muka bumi ini. Umumnya manusia, maka mereka akan memiliki banyak peran untuk mampu mewujudkan ‘harapan indah' Tuhan di atas itu.

Background

Saat ini, dunia industri entah itu industri jasa ataupun industri manufaktur telah memasuki masa-masa persaingan yang sangat ketat. Hampir-hampir tidak tersisa lagi wilayah-wilayah yang masuk kategori blue-ocean. Masing-masing perusahaan harus mampu bertahan dengan segala efforts terbaiknya. Bisa jadi, mampu bertahan saja sudah suatu prestasi tersendiri, syukur-syukur malahan mampu untuk membukukan pertumbuhan positip.

Tantangan kehidupan sosial sekarang, nyatanya juga tidak kalah sengitnya dengan tantangan di dunia industri. Munculnya teknologi-teknologi terbaru berbasis ICT telah memunculkan trend gaya hidup dan budaya yang mengharuskan setiap orang tua untuk berwaspada tingkat tinggi. Pengaruh atas segala budaya di muka bumi, dengan mudah bisa masuk di tengah-tengah keluarga dan masyarakat kita bahkan dalam setiap saat dan dalam setiap tempat. Tak ada lagi tempat yang steril bagi pengaruh-pengaruh ini.

Secara umum, nampaknya pengaruh-pengaruh buruk akan lebih mudah untuk diikuti daripada pengaruh-pengaruh baik. Bisa jadi inilah sebuah Hukum Ilahi, sunatullah. Sungguh tidak sedikit pengaruh-pengaruh positip yang ditawarkan oleh segala kemajuan teknologi saat ini. Kita ambil contoh saja, internet misalnya. Betapa banyak info-info yang positip lagi baik untuk kepentingan kemajuan bisa kita peroleh. Namun hal yang sangat menyedihkan, bahwa tingkat suksesnya pengaruh-pengaruh positip tersebut hampir-hampir dianggap nol jika dibandingkan dengan tingkat sukses dari pengaruh-pengaruh sebaliknya.

Peran para ayah sungguh sangat diperlukan dalam sebuah keluarga. Sebagai sang pemimpin, mereka bertanggung jawab full membawa keluarganya mengapai sukses hari ini juga ke depan, dunia dan akhirat. Mencari nafkah yang halal, mencukupi dan berkah adalah keharusan tapi belumlah cukup hanya itu. Mendampingi dan memfasilitasi semua anggota keluarga untuk mampu terus tumbuh positip juga adalah keharusan. Mengajarkan dan mengarahkan semua pasukan untuk terus berkomitmen dan beristiqomah menjadi yang terbaik, adalah haram juga untuk ditinggalkan. Pendek kata, seperti apa si ayah maka seperti itulah dominan warna sebuah keluarga ke depan.

Sang ayah, harus mampu memerankan secara balance antara peran di luar dengan peran di dalam rumah. Sebagai sang pencari nafkah, mereka haruslah maksimal. Sebagai sang leader di dalam keluarga pun harus juga maksimal. Di sinilah dituntut kecerdikan dan ketegasan mengelola dirinya sehingga tidak ada yang tercederai, yang ujung-ujungnya akan merugikan baik bagi dirinya ataupun keluarganya secara umum. Dibutuhkan ketersediaan materi, waktu, tenaga, fikiran, emosi-psikologis dan kemampuan spiritual yang tidak sedikit.

Ewuh Pekewuh Di Kantor

Kerja lembur pada kondisi-kondisi tertentu adalah hal yang lumrah bahkan keharusan. Biasanya, untuk mengejar target-target tertentu yang bersifat mendesak maka seluruh elemen kerja yang terlibat akan meningkatkan kerja kerasnya hingga terkadang harus menambah jam kerja atau lembur. Pada kondisi lain, tidak jarang akan dirasakan hal yang sebaliknya. Sangat mungkin intensitas dan pressure pekerjaan justru akan berkurang.

Penyikapan yang flexible atas dinamika kondisi-kondisi tersebut secara proporsional sangatlah penting. Jangan sampai terjadi, ketika harus lembur justru bermalas-malasan bergabung atau bahkan mencoba berdalih macam-macam atau ngeles hanya untuk menghindarkan diri. Atau sebaliknya, pada saat-saat intensitas pekerjaan sedikit ternyata lebih memilih bermalas-malasan pulang ke rumah yang seharusnya bisa pulang tepat waktu.

Ada memang pengaruh kultural bangsa kita, yakni sikap ewuh pekewuh. Ewuh pekewuh adalah rasa sungkan untuk bersikap dikarenakan alasan-alasan yang tidak jelas atau sebatas menduga-duga. Misalnya pada case di atas, seorang pegawai akan merasa ewuh pekewuh untuk pulang tepat waktu dikarenakan atasannya belum pulang. Padahal, secara nyata pekerjaannya saat itu sudah selesai, tetapi tidak berani untuk pulang tepat waktu.

Sikap ewuh pekewuh di atas adalah hal yang salah dan sungguh merugikan. Kenapa bisa dikatakan merugikan dan siapa-siapa saja yang berpotensi dirugikan?

Dikatakan salah karena yang bersangkutan bersikap atas dasar hal-hal yang tidak terukur dan bersifat menduga-duga. Seharusnya jika segala pekerjaan di hari itu telah dinyatakan clear & close, maka ketika tiba waktu untuk pulang kerja sangat tidak masalah jika yang bersangkutan memutuskan untuk segera pulang ke rumah untuk segera menjalankan peran lain sebagai kepala rumah tangganya.

Adapun beberapa pihak yang berpotensi dirugikan adalah perusahaan, dirinya dan keluarganya tentu. Perusahaan harus membiayai resource yang dipergunakan si pegawai selama yang semestinya tidak dipakai. Misalnya saja catuan listrik untuk komputer, penerangan atau pendingin udara. Kerugian pada dirinya antara lain pemborosan di sisi waktu (wasting time), fokus fikiran atau psikologis dan tersemainya pembiasaan sifat ketidaktegasan yang akan sangat mungkin berkontribusi memunculkan karakter yang juga tidak tegas nantinya. Adapun terhadap keluarganya, sudah sangat jelas sekali bahwa peran-peran penting dari si ayah menjadi tidak maksimal.

Pilihan sikap yang hanya karena ewuh pekewuh ternyata adalah pilihan buruk yang seharusnya setiap pihak harus membuangnya jauh-jauh. Meski tidak mudah untuk melaksanakannya, tapi bukan tidak mungkin bahwa siapapun akan berhasil.

Tips Menghilangkan Ewuh Pekewuh Di Tempat Kerja

Berikut adalah tips bagaimana caranya kita menghilangkan pengaruh ewuh pekewuh khususnya terkait case sulitnya seseorang untuk bisa pulang tepat waktu meski secara profesional sangat dimungkinkan :

1.      Sedari awal harus disadari betul bahwa peta peran sang ayah meliputi area luar rumah dan area dalam rumah. Keduanya sama-sama penting dan tidak ada yang boleh dikorbankan. Mencari titik balance adalah keharusan.

2.      Setiap hari, sebaiknya selalu memiliki catatan apa-apa yang akan dikerjakan, To Do List baik terkait peran di luar rumah ataupun di dalam rumah. Catatan tersebut termasuk penempatan skala prioritas yang tepat. Sangat baik jika catatan-catatan tersebut selalu dikonsultasikan dengan atasan sehingga terus dalam in-match condition.

3.      Mulailah aktifitas harian dengan segala niat dan semangat bahwa " hari ini saya akan maksimal mengupayakan segala rencana seperti tertulis dalam butir No. 2 di atas ".

4.      Selalu usahakan datang ke kantor lebih awal, sehingga mampu memulai pekerjaan lebih awal juga. Kondisi ini akan menghasilkan spare waktu lebih banyak sehingga segala rencana akan lebih berpeluang untuk diselesaikan.

5.      Hindari the wasting time, terlebih jika akan mengorbankan atau menjadikan segala rencana terbengkalai.

6.      Upayakan pada perjalanan ¾ waktu kerja, segala rencana telah mampu diselesaikan. Ini akan memberikan spare waktu untuk melakukan review dan correction.

7.      Segera laporkan hasil pekerjaan hari itu kepada atasan dan jika perlu mintakan tanggapan dan arahan kerja untuk esok hari.

8.      Buatlah daftar To Do List untuk esok hari.

9.      Jika telah tiba waktu untuk pulang dan tidak ada urgensi untuk lembur, maka beranikan diri untuk ‘mohon pamit' kepada atasan. Selalu ingat, bahwa jadual untuk peran penting lain di rumah telah menantinya.

10.  Sebelum meninggalkan kantor, maka jangan lupa :

a.      Terima kasihlah kepada Tuhan, bahwa perjalanan bekerja selama sehari mampu dijalani dengan baik dan lancar.

b.      Mohonlah maaf dan ampunan kepada Tuhan, siapa tahu ada hal-hal buruk yang dilanggar baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.

c.       Tutuplah aktifitas hari itu di kantor dengan do'a semoga aktifitas seharian di hari itu mendapat apresiasi positip dari Tuhan, dan mohonlah bimbingan dan lindunganNYA untuk aktifitas di esok hari.

11.  Tinggalkan kantor dengan kepasrahan mendalam terhadap Tuhan, dan bersiaplah bertemu keluarga dengan segala suka, antusias dan harapan.

Semoga dengan mencoba tips-tips tersebut, akan dengan sendirinya sikap ewuh pekewuh akan hilang. Akan tergantikan secara otomatis oleh sikap profesionalitas kerja, kepribadian yang tegas dan pola hidup yang balance dari banyak sisi. Di kantor sukses demikian juga di rumah. Bukankah hal seperti ini yang diinginkan oleh semua ayah?

Wallahu a'lam.

Salam Sayang Keluarga from Hensu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun