Dalam penyusunan sebuah kurikulum, aspek penting yang tidak boleh diabaikan adalah indikator pembelajaran. Hal ini dikarenakan indikator pembelajaran sangat terkait dengan apa yang akan diperoleh siswa setelah belajar.Â
Menurut Taxonomy Bloom ada tiga komponen penting pembelajaran yang tidak boleh diabaikan, yaitu knowledge (pengetahuan), skill (keahlian), dan attitude ( perilaku).Â
Knowledge (pengetahuan) merupakan aspek kognitif yang terkait dengan apa yang diketahui, seperti teori, konsep, fakta, atau rumus. Pada umumnya aspek ini dapat ditemukan dalam buku pelajaran atau bacaan.Â
Sedangkan skill (keahlian) terkait dengan aspek psikomotorik, yakni berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas, seperti keahlian menggambar, bernyanyi, berhitung. Hampir selalu kita menerapkan pengetahuan ketika menerapkan keahlian. Oleh karenanya keahlian bisa dipelajari dan diajarkan ke orang lain.Â
Terakhir, attitude (sikap/ perilaku) merupakan aspek afektif, terkait nilai, persepsi, kecenderungan atau niat seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Attitude akan mempengaruhi seseorang dalam memutuskan dan membuat suatu keputusan karena erat kaitannya dengan cara berpikir atau apa yang dirasakan seseorang terhadap suatu hal yang kemudian direfleksikan dalam bentuk perilaku.Â
Lantas, dari ketiga komponen pembelajaran tersebut, mana yang lebih penting, knowledge, skill, atau attitude?
Good Content is Never Enough
Pernah dalam sebuah seminar yang membahas sebuah kurikulum saya mengusulkan agar ada evaluasi terkait indikator pembelajaran yang sebagian besar didominasi aspek knowledge. Kesannya, guru sangat 'content centric', yang lebih mengedepankan konsep dan teori dalam buku pelajaran. Akibatnya, anak didik hanya mencapai tingkatan terendah dari Taxonomy Bloom, yaitu Remembering (mengingat atau menghapal) teori yang bisa dibaca dari buku, tanpa pemahaman yang mendalam.Â
"Good content is never enough, " katanya. Knowledge sangat penting bagi pendidikan, namun jangan sampai aspek tersebut lebih mendominasi atau sebaliknya, bahkan mendapatkan prioritas lebih sedikit dibandingkan aspek lainnya.Â
Artinya, dalam sebuah proses pembelajaran indikator yang bisa dilihat sebagai hasil dari proses pembelajaran bukan hanya pengetahuan yang sifatnya teoritis. Namun, ada aspek lain yang juga perlu diperhatikan dan dibutuhkan oleh anak didik.
Mari kita kembali mengingat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meyakinkan pencapaian terhadap pengetahuan, keahlian, dan perilaku tertentu. Artinya, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru, membangun keahlian, dan membentuk sebuah perilaku melalui proses pembelajaran. Jika seseorang mempelajari sesuatu maka mereka diharapkan mendapatkan satu atau bahkan ketiga komponen tersebut.Â