Di depanku ada cermin berdiri setinggi Langit, membentang sepanjang lingkaran Bumi. Memantulkan wajah-wajah asliku yang tak pernah kukenal dan kuakrabi.Â
Di wajah-wajah itu ada borok-borok dosa dan jerawat maksiat. Juga janji-janji manis yang hanya sekedar penikmat kata. Memantulkan cahaya buram yang tak pernah kuharapkan.Â
Di sana ada juga pantulan resolusi yang selalu hadir dari tahun ke tahun. Resolusi yang hanya sekedar ribuan lembar catatan mati tanpa arti, yang tahun berikutnya bisa lahir kembali, berulang-ulang tanpa ada aksi.Â
Frasa demi frasa dengan sejuta kata juga tertulis. Namun hanya sekedar hiasan yang hadir dalam retorika angan dan impian. Dari dasa warsa ke dasa warsa selalu terulang tanpa wujud nyata.Â
Di depanku ada cermin berdiri setinggi Langit, membentang sepanjang lingkaran Bumi. Memantulkan sekilas majas dari masa depan yang tak jelas. Sebuah refleksi yang hanya sekedar basa-basi atau repetisi miskin arti.Â
@hensa17.Â
Sindang Palay, Desember 2024
*****Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H