Kartu merah sebelumnya juga terjadi ketika Indonesia melawan Laos. Marselino Ferdinan mendapatkan kartu kuning kedua akibat pelanggarannya yang berlebihan akibat emosi yang tidak terkontrol.Â
Dengan hanya bermain 10 orang tentu saja performa skuad Garuda menjadi pincang. Untung saja skor imbang masih bisa dipertahankan sampai dengan babak pertama usai.
Pada babak kedua, skuad Garuda terus mencoba untuk menyerang dan Filipina hanya mampu bertahan. Mereka melakukan serangan balik cepat secara sporadis.Â
Dalam laga lain Vietnam pada awal babakkedua unggul 1-0 bahkan beberapa menit kemudian mereka kembali mencetak gol sehingga unggul2-0. Itu artinya Indonesia bisa membuka peluang untuk lolos dengan mempertahankan hasil imbang.Â
Mereka sudah benar melakukan serangan walaupun hanya memiliki 10 pemain. Demikian pula transisi berjalan dengan baik. Terlihat skuad belia ini memiliki menatl yang cukup tangguh pantang menyerah.Â
Gelandang Arkhan Fikri, Rayhan Hannan, Ahmad Maulana, mereka semua beerja sama dengan pemain lain yang berpengalaman seperti Asnawi Mangkualam, Marselino Ferdinan dan Pratama Arhan.Â
Lini belakang juga cukup solid dengan duet bek Kadek Arel dan Donny Tri Pamungkas plus penjaga gawang Cahya Supriyadi yang banyak berjibaku mengamankan setiap ancaman pemain Filipina.Â
Malapetaka itu tetiba hadir ketika dalam sebuah serangan balik Paul Tabinas memberikan mpan dari sisi kanan pertahanan Garuda, bolanya menyentuh tangan Donny Tri Pamungkas. Hadiah penalti untuk Filipina yang mampu diselesaikan dengan baik oleh Bjorn Kristensen menadi gol.Â
Setelah ketinggalan gol tersebut, skuad belia Garuda pantang putus asa, mereka terus menyerang. Ada peluang emas dari Marselino Ferdinan, Arhan Fikri, Hokky Carakan dan Ronaldo Kwateh yang masuk pada sisa-sia waktu babak kedua.Â
Namun semua sia-sia tiak ada satupun peluang emas tersebut menjadi gol berkat kiper Filipina, Quinci Kammerrad bermain cemerlang menangkal semua tembakan pemain-pemain Garuda.Â
Padahal saat itu Vietnam sudah unggul 5-0 atas Myanmar. Hanya saja Indonesia tidak mampu memanfaatkan situasi menguntungkan tersebut, justru Filipna yang cerdas bermain menghadapi para belia yang masih mudah emosi dalam setiap aksi mereka.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!