Pernah berperang pada masa pendudukan kolonial pasca 1945 ketika Belanda hadir dalam masa agresi kedua mereka usai pendudukan Jepang berakhir. Peristiwa itu tepatnya tahun 1947 di area Karawang-Bekasi.Â
Begitu pula mendiang Ayah turut serta dalam tugas pembebasan Irian Barat tahun 1969, saat itu aku masih duduk di bangku Sekolah Rakyat. Tahun 1975 mendiang Ayah juga tuntas menunaikan tugas di Timor Timur, saat itu aku sudah lulus SMA.Â
Wajar saat ini kurasakan kerinduan pada mendiang Ayah tercinta. Kemudian menyimak syair lagu di atas yang sangat menyentuh perasaan.Â
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini. Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan. Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar mataharikini kurus dan terbungkuk hm...Namun semangat tak pernah pudar meski langkahmu kadang gemetar kau tetap setia
Syair-syair yang sangat menggugah rasa rindu ini semakin dalam. Ayah, dalam hening sepi kurindu untuk menuai padi milik kita. Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan. Anakmu sekarang banyak menanggung beban.
Sebuah lagu yang selalu menjadi gambaran nyata yang bisa mewakili betapa kurasakan rindu ini kepada mendiang Ayah yang membanggakan. Mari kita selesaikan bait demi bait lagu di atas dengan penuh kerinduan kepada mendiang Ayah.Â
Semoga Ayah selalu damai di Alam Barzah. Teriring doa anakmu dengan segala ketulusan demi kebahagian Ayah, berada di Tempat Terbaik yang Dipilihkan Allah untuk Ayah.Â
Salam rindu Ayah @hensa17.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H