Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diam

4 Oktober 2024   03:41 Diperbarui: 4 Oktober 2024   04:40 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Freepik

Diam tenggelam dalam setiap malam yang kelam. Berselimut gelap saat tubuh terbujur kaku berbantal harap. Tanpa kata dari bibir yang terkunci rapat. Sementara diksi-diksi mati tak berbentuk dan kalimat demi kalimat kehilangan makna. 

Diam saat mulut tertutup rapat tanpa sebarispun kalimat. Semua hilang tertelan waktu yang berjalan pasti detik demi detik tidak tertahan. Tanpa batas tanpa penghalang semuanya hanya fokus ke arah menuju tahta untuk meraih aura niskala. 

Sementara renjana di dasar hati mulai bangkit menjalar bagai akar yang merambat pada setiap relung sanubari. Cahayanya terang memantulkan rasa meski tanpa kalimat tanpa kata ketika hati itu diam untuk selamanya. 

@hensa17 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun