Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

KAI Commuter Dulu dan Sekarang, Sebuah Kenangan

4 September 2023   21:01 Diperbarui: 4 September 2023   21:02 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Kereta Api Manggarai yang nanti menjadi Stasiun Pusat (Foto Kompas.com/Singgih Wiryono). 

KAI Commuter saat ini sudah demikian maju dalam pelayanan kepada masyarakat pengguna. Begitu pula dalam hal tarif, relatif sangat murah dibandingkan dengan moda transportasi lain. 

Satu hal yang menjadi catatan keunggulan moda Commuter Line ini adalah bebas macet oleh karena itu dengan Commuter Line perjalanan relatif cepat, tepat waktu, nyaman dan juga aman. 

Saya teringat sekitar tahun 1978 saat masih menuntut ilmu di Kota Hujan, saat itu jasa transportasi KRL Bogor - Jakarta kerap kali menjadi moda transportasi yang menjadi pilihan para mahasiswa. 

Selain tarif terjangkau, juga rute perjalanan KRL langsung menuju jantung Kota sehingga memudahkan untuk pindah ke moda transportasi lain. 

Suasana KRL dulu sangat berbeda dengan saat ini setelah mengalami revolusi dunia kereta api oleh sosok Ignatius Jonan. 

KRL zaman itu masih belum tertib. Selain penumpang juga di dalam KRL ada juga pedagang asongan dan pengamen. 

Suasannya demikian hiruk pikuk, belum lagi pada setiap stasiun yang disinggahi beberapa penumpangpun bertambah sehingga ruangan semakin sesak. Dalam kondisi tersebut sangat rawan copet. 

Gerbong-gerbong saat itu juga tanpa AC terasa panas menyengat dan bau keringat memenuhi setiap ruangan di dalam kereta itu. 

Mungkin yang sedikit menghibur, saya yang saat itu masih jejaka tingting, masih bisa cuci mata ketika ada rombongan siswi-siswi SMA yang juga pelanggan KRL setiap harinya. 

Tentu saja pengalaman saat itu telah mejadi kenangan yang tidak mudah dilupakan. Berebut masuk ke dalam KRL adalah hal yang biasa terlihat di setiap Stasiun. 

Bahkan pada waktu-waktu khusus seperti musim Hari Raya, KRL pun penuh hingga ke atap-atap gerbong kereta. 

Sungguh para pengguna KRL sudah tidak lagi memikirkan keselamatan, mereka yang penting hanya berpikir bisa sampai ke tempat tujuan. 

KRL pada dekade 80 an pra penumpang sampai naik ke atap Kereta (Foto Kompas/Wawan Ha Prabowo). 
KRL pada dekade 80 an pra penumpang sampai naik ke atap Kereta (Foto Kompas/Wawan Ha Prabowo). 

Perbaikan-perbaikan fasilitas KRL mulai dilakukan oleh Ignatius Jonan yang saat itu sebagai Direktur PT Kereta Api Indonesia. 

Mulai bulan September 2013 semua gerbong KRL sudah berpendingin AC, artinya mulai saat itu KRL Eknomi sudah tidak dioperasikan. 

Pengalaman menggunakan KRL saat itu bagi saya begitu berkesan. Berebut masuk ke gerbong kereta sudah terlatih. Kenangan yang bisa diceritakan kepada anak-anak dan cucu. 

Selepas lulus kuliah, saya bersyukr diterima bekerja di Jawa Timur tepatnya di Kota Pasuruan. Pada saat itu tahun 1982, saya mulai bekerja di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 

Selama saya bekerja di sana, paling tidak sekitar 30 tahun, saya tidak pernah lagi merasakan moda transportasi KRL. Baru setelah purnatugas, saya berkesempatan kembali mendapat pengalaman untuk menggunakan KRL versi masa kini. 

KAI Commuter benar-benar sudah berubah drastis. Banyak sekali perubahan yang terjadi sejak Ignatius Jonan menjadi Direktur KAI. 

Pengalaman menggunakan KRL Commuter dari Bogor ke Kota Serang 

Inilah pertama kalinya lagi saya menggunakan jasa transportasi KRL atau Commuter Line dari Bogor menuju Kota Serang. 

Pengalaman saat itu tepat pada bulan Ramadhan 2023, saya dari Bogor menuju Kota Serang menggunakan KRL Commuter berantai. 

Tujuan perjalanan ini menuju Rumah Anak Sulung kami sekalian juga menengok cucu yang masih kelas dua Sekolah Dasar. 

  

Stasiun Bogor yang berdiri pada Tahun 1881 (FotoDok.Pribadi). 
Stasiun Bogor yang berdiri pada Tahun 1881 (FotoDok.Pribadi). 

Hari Minggu pagi, saya sudah berada di Stasiun Bogor menggunakan KRL dengan jadwal pukul 6.00 WIB. Mungkin karena hari Minggu, penumpang tidak begitu padat. 

Beberapa kursi terlihat kosong, bahkan hingga stasiun Depokpun penumpang masih lengang. Berbeda jika perjalanan pada jam sibuk, tentu kereta api sangat padat oleh para pegawai yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya. 

KRL Commuter berjalan tepat waktu dan berhenti di setiap Stasiun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Ruangan di setiap gerbong dilengkapi dengan pendingin udara sehingga terasa sejuk selama perjalanan. 

Begitu pula di dalam gerbong hanya ada para penumpang KAI Commuter, kini tidak ada lagi pedagang asongan atau pengamen. Suasana terasa nyaman menikmati perjalanan hingga tempat tujuan. 

Ilustrasi KRL Bogor Jakarta bukan pada jam kerja (Foto Pradipta Utama/Detik.com). 
Ilustrasi KRL Bogor Jakarta bukan pada jam kerja (Foto Pradipta Utama/Detik.com). 

Jadwal baru KRL Commuter dari Bogor kini harus transit di Stasiun Manggarai bagi mereka yang akan melanjutkan ke Stasiun Tanah Abang. 

Saya turun di Manggarai karena harus menuju Tanah Abang, di sana perjalanan berlanjut dengan KA Commuter Tanah Abang Rangkasbitung. 

Sempat menunggu kedatangan KRL Commuter yang menuju Tanah Abang beberapa menit. Sampai di Stasiun Tanah Abang KRL jurusan Rangkasbitung ternyata sudah siap di jalurnya. 

Penumpang-penumpang yang tadi transit segera memasuki gerbong KRL dan mengambil tempat duduk banyak yang masih kosong. 

Maklum ini hari Minggu sehingga para pelanggan yaitu mereka yang biasa bekerja di Jakarta sedang libur sehingga KRL relatif kosong.  

KRL Commuter Tanah Abang ke Rangkasbitung beragkat tepat sesuai jadwal. Beberapa penumpang banyak juga akhirnya yang naik dari Stasiun Palmerah, Serpong sehingga KRL mulai penuh.  

Kendati demikin tidak ada penumpang yang berdiri, mereka masih bisa menggunakan fasilitas tempat duduk yang ada. 

Stasiun Kota Serang Provinsi Banten (Foto Dok.Pribadi).   
Stasiun Kota Serang Provinsi Banten (Foto Dok.Pribadi).   

Perjalanan relatif lancar dan nyaman karena KRL terasa sejuk dengan udara pendingin, walaupun di luar Matahari sudah mulai meninggi memancarkan cahaya panasnya. 

Tiba di Stasiun Rangkasbitung, saya melanjutkan dengan menggunakan KA Lokal Rangkas - Merak. Menggunakan aplikasi KAI Acces,sayapun memesan tiket tujuan Rangkas ke Serang. 

Sementara banyak mereka yang antri di loket penjualan tiket karena tidak menggunakan KAI Acces. Fasilitas digital dalam penjualan tiket semakin memudahkan para penumpang untuk mendapatkan tiket. 

Rangkasbitung menuju Serang ditempuh hanya dalam waktu sekitar satu jam saja. Akhirnya sayapun tiba di Stsiun Kota Serang sekitar pukul 11.00 WIB. 

Waktu tempuh dari Bogor ke Serang dengan KRL Commuter sekitar 5 jam saja dan biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari 15K IDR, relatif Murah jika dibandingkan dengan moda transportasi Bus ber AC. 

Semakin terasa bahwa penggunaan moda transportasi KRL Commuter sangat hemat, aman, nyaman dan tepat waktu. 

Mungkin bagi PT KAI, terutama jalur Jakarta-Bogor, jumlah KRL perlu ditambah untuk memenuhi kebutuhan jumlah penumpang pada jam-jam sibuk. 

Salam @hensa17. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun