Anindita hanya mengangguk pelan. Wanita cantik berusia 30 tahun yang masih jomlo ini mengamati aliran nira dengan seksama terutama yang menuju unit penguapan.Â
Perjalanan inspeksi berlanjut menuju stasiun filtrasi dalam proses pemisahan filter cake dari larutan gula yang akan digunakan dalam proses lanjut.Â
Anindita juga melihat progres yang sangat menggembirakan pada unit filtrasi. Pemisahan endapan sudah sempurna dan tidak ada setetes cairan yang jatuh pada saluran di sekitarnya.Â
Masih ada waktu untuk diskusi sebelum jam istirahat tiba. Anindita mengajak Kabag Pabrikasi dengan semua jajaran stafnya berdiksusi di Ruang Rapat.Â
Diskusi berjalan dengan baik. Beberapa catatan penemuan dari Anindita juga sudah menjadi masukan penting bagi Kabag Pabrikasi, Solihin dan kolega.Â
"Maaf Pak Solihin. Ini acara saya memang mendadak sekedar ingin melihat kemajuan program yang tengah berjalan."
"Iya Bu tidak apa-apa. Kami berterima kasih atas masukan-masukan Ibu. Nanti juga akan saya laporkan kepada Pak GM Prasaja."Â
"Kapan Pak Prasaja kembali dari Jakarta?"Â
"Rencana sore ini Beliau sudah kembali." Jawab Solihin.Â
Waktu Anindita menyebut nama Prasaja, hatinya bergetar. Ada rasa yang dia tidak pernah memahaminya antara rasa rindu dan rasa lain yang ingin selalu dia hindarkan.
Bagi Anindita sosok Prasaja Utama tidak pernah bisa hilang dari setiap hembusan nafasnya dan getaran hatinya.Â
Dari sejak pagi tadi melakukan kunjungan kerja Sidak ke PG di Malang ini, ada rasa sesal karena Anindita tidak bertemu dengan Prasaja. Pada saat yang bersamaan, General Manajer pabrik gula tersebut sedang melakukan Rapat Kerja di Jakarta.Â