Jejak Buku Sejarah bersampul Merah itu, selalu terpatri di dalam hati. Di mana surat cinta pertamaku terselip di situ.Â
Aku suka warna merah, begitu katamu ketika aku memberikan sampul berwarna merah Buku Sejarahmu.Â
Merah itu penuh semangat. Menyala penuh rasa optimis. Membakar keputus asaan. Â Itu kataku padamu dan kamu hanya melempar senyum manismu dari bibir merahmu.Â
Merah itu kegairahan yang membara. Total tanpa kendala membunuh dosa dan kemunafikan. Menghancurkan angkara murka. Itu katamu padaku sambil memandangku dengan mata tajammu.Â
Merah itu keramahan, senyum dan tawa. Merah itu ceria dan bahagia. Juga segala asa dan cita yang tertunda menjadi nyata. Segala mimpi yang tergenggam. Katamu lembut sambil memegang kedua tanganku dengan erat.Â
Merah itu adalah kamu dan aku. Merah itu adalah kita. Merah itu adalah,Â
Jejak Buku Sejarah bersampul Merah itu. Ada surat cinta pertamaku di sana yang tidak pernah terbalaskan hingga kini. Karena kamu telah pergi menemui Takdirmu. Damai di SisiNya. Â
Sindang Palay 9 November 2022.
@hensa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H