Politisasi Timnas Garuda selama ini seakan menjadi panggung para petualang politik di Negeri ini. Bahkan federasinya sendiri sudah seringkali digunakan sebagai tunggangan untuk batu loncatan mencapai ambisi jabatan politik tertentu.Â
BACA JUGA : Timnas Garuda Harus Berbenah Menghadapi Kualifikasi Piala Asia 2023.Â
PSSI dan sepakbola memang panggung sangat sexy yang bisa dijadikan sarana untuk menyedot perhatian banyak orang dalam menggapai popularitas sesaat. Dimana hal tersebut dimanfaatkan untuk panggung menuju ambisi jabatan politis.Â
Menjadi orang nomor satu di Federasi PSSI mungkin merupakan impian siapapun yang memiliki agenda politik tertentu. Walaupun harus menyiapkan dana yang tidak sedikit, tetapi tidak masalah karena hasil yang diperoleh juga sebanding.Â
Terakhir sebagai contoh adalah ketika ada seorang Ketum PSSI mengundurkan diri di tengah masa baktinya, lalu mengambil karir sebagai calon dalam Pilkada untuk jabatan Gubernur.Â
Sebenarnya hal itu sah-sah saja bagi siapapun karena jabatan publik adalah hak warga negara. Hanya saja yang patut disesalkan kenapa harus mengorbankan pembinaan sepakbola, untuk mengejar jabatan. Sehingga seakan sepakbola hanya dijadikan kendaraan sementara untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.Â
Contoh lain adalah Timnas Garuda yang tengah bertanding di ajang Piala AFF edisi tahun 2010. Saat itu Garuda berhasil lolos ke final menghadapi tim serumpun Harimau Malaya.Â
Namun menjelang final tersebut ada aktivitas Timnas Garuda di luar sepakbola yaitu jamuan makan siang dari Aburizal Bakrie yang saat itu beliau adalah Ketum Partai Golkar. Kemudian ada kegiatan istighosah di pondok pesantren Ash-Shiddiqiyyah, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.Â
Ketum PSSI saat itu, Nurdin Halid menganggap kegiatan tersebut adalah hal yang biasa-biasa saja. Menurut Nurdin, jamuan makan di kediaman Aburizal Bakrie dilakukan sebagai bentuk ucapan terimakasih.Â
Perhatian salah satu orang terkaya di Indonesia itu pada PSSI yang selama ini banyak membantu pembiayaan. Nurdin juga menyebutkan bahwa selama dia memimpin PSSI, 80 persen pembiayaan tim Merah Putih berasal dari keluarga Bakrie.Â