Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Makna Salat sebagai Komunikasi Tanpa Sekat

28 Februari 2022   07:00 Diperbarui: 28 Februari 2022   11:25 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah SWT berdialog dengan Nabi Musa AS di suatu tempat bernama Wadi Thawa atau yang biasa dikenal dengan nama Lembah Suci, di sisi kanan Jabal At-Thur. 

Dalam perjalanan Miraj, Nabi Muhammad disambut baik oleh para nabi terdahulu. Setiap lapisan langit bertemu dengan para nabi dan di langit ke-7, Nabi Muhammad bertemu dengan bapaknya para nabi yaitu Nabi Ibrahim AS. 

Sesampai di Sidratul Muntaha itulah perjalanan mi'raj itu berakhir. Di sana Muhammad SAW menunggu wahyu yang akan diturunkan Allah yaitu tentang Salat. 

"Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya. Maka apakah kamu hendak membantahnya tentang apa yang dia lihat itu? Padahal sesungguhnya dia telah melihatnya sekali lagi. Di dekat Sidratul Muntaha. Yang di sisinya ada surga tempat kembali. Tatkala Sidratul Muntaha itu diliputi oleh sesuatu yang meliputi. Tidak berpaling penglihatan matanya dan tidak dia melampaui batas." (QS An-Najm ayat 11-17). 

Firman Allah ini membuktikan kehadiran Muhammad di Sidratul Muntaha, berhadapan langsung dengan Allah Yang Maha Memiliki Kehidupan. Tidak ada keraguan dalam setiap hamba Allah dengan peristiwa ini. 

Dari peristiwa Isra Miraj ini betapa sangat berharganya nila ibadah Salat yang dipersembahkan Allah kepada para hambaNya. Dengan Salat seorang hamba bisa berkomunikasi tanpa sekat, khusyu dari rakaat demi rakaat berdialog langsung kepadaNya. 

Mungkin masih banyak yang belum menyadari bahwa ibadah Salat adalah wujud Kasih dan SayangNya untuk memberikan kesempatan para hambaNya berdialog langsung kepadaNya. 

Bahkan berbagai Ulama memberikan ibarat dengan melakukan Salat seperti seorang hamba sedang melakukan Isra dan Miraj seperti pernah dialami Nabi Muhammad SAW. 

Faktapun berbicara bagaimana hubungan antara mahluk dengan Sang Khaliq adalah keniscayaan yang mutlak. Karena hal itu adalah wujud kekuasaan Khaliq kepada mahluk yang tiada daya. 

Maka dari itu ibadah Salat inilah adalah media yang diberikan Allah untuk para hambaNya untuk berkomunikasi langsung tanpa sekat apapun. 

Maka sangat jelas sekarang bahwa sesungguhnya kewajiban menjalankan ibadah Salat bukan diartikan bahwa Allah butuh dengan Salat hamba-hambaNya. Namun Salat itu adalah kebutuhan para hambaNya untuk berhubungan langsung dengan Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun