Olimpiade Tokyo 2020 resmi akan dibuka di Stadion Nasional, Jepang, pada Jumat (23/7/21). Dalam kondisi pandemi Covid 19 ini tentu saja upacara pembukaan akan terasa berbeda.
BACA JUGA : Bulutangkis Indonesia dari Olimpiade Barcelona 1992 Menuju Tokyo 2020
Keamanan kesehatan para atlet dan ofisial jauh lebih diutamakan. Lupakan koreografi massal, alat peraga besar dan tumpah ruah para penari, aktor, dan lampu gemerlap dalam upacara pembukaan Olimpiade. Lupakan pula cahaya gemerlapnya kembang api.
Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 pada hari Jumat ini tidak akan memiliki kemegahan seperti upacara pembukaan acara serupa pada Olimpiade sebelumnya.
Meningkatnya kasus Covid-19 di Tokyo tahun lalu, telah membuat penyelenggaraan Olimpiade telah ditunda pada 2020 dan baru bisa digelar tahun 2021 ini.Â
Sebenarnya saat inipun masih ada usulan agar Olimpiade Tokyo sebaiknya dibatalkan atau ditunda. Seiring meningkatnya kasus positif paparan covid yang terjadi pada para atlit. Setidaknya sudah 71 kasus terjadi hingga hari ini.
Marco Balich, penasihat senior produser eksekutif upacara Olimpiade Tokyo, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara. Balich juga yang bertanggung jawab atas upacara Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016 lalu.Â
"Ini akan menjadi upacara yang jauh lebih serius. Namun dengan estetika Jepang yang indah. Tim kami di Jepang harus berpikir keras bagaimana mempromosikan keindahan negara mereka dan menggabungkan antara ketakutan dan kekhawatiran yang terkait dengan Olimpiade dan infeksi dan penyakit," kata Balich seperti dilansir Reuters (21/7/21).
Balich juga memberikan skenario lengkap bagaimana upacara pembukaan tersebut dirancang untuk menjamin keamanan dengan mematuhi protocol kesehatan.
Alih-alih lebih dari 10.000 atlet berbaris ke stadion berkapasitas penuh seperti biasa, maka kali ini parade tim akan lebih kecil dengan pengaturan jarak yang ideal sesuai protocol kesehatan.