Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Berbaik Sangka, Rasa Harap dan Rasa Takut

6 Mei 2021   15:24 Diperbarui: 6 Mei 2021   16:18 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Ketika akhirnya kesadaran mulai terkuak, maka ada rasa sesal sangat mendalam. Jiwa yang terhina berada di lembah nista, berlumur dosa. 

Jiwa yang tercampak dari rasa hormat, terengut dari kemuliaan. Maka hadirlah rasa takut. Takut akan murkaNya. Takut akan NerakaNya. Takut akan AzabNya. 

Ketika akhirnya kesadaran mulai terkuak, maka ada rasa sesal yang mendalam. Anehnya rasa takut itu semakin mendera jiwa yang rapuh ini. Bukankah Tuhan itu Maha Pengampun?  Benarkah berbaik sangka dengan rasa harap adalah kunci dan solusi? 

Saatnya harus berbaik sangka, barharap dengan cemas ampunanNya. Ingat pesan indah dari RasulNya:" Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian mati, kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Tuhannya."

Ingat perkataan para orang bijak bahwa buah rasa harap adalah kegairahan meminta dan memohon kepada PertolonganNya. Sedangkan buah rasa takut adalah semangat untuk menjauh dari dosa dan MurkaNya. 

Sementara orang yang patuh yang selalu menyendiri bersama Allah, maka rasa takut dan rasa harapnya tetap seimbang. Benar rasa takut itu harus dikuasai oleh rasa harap.

Dengar perkataan Khalifah Umar bin Khatab : " Andaikata seluruh manusia dipanggil Allah untuk masuk surga kecuali satu orang. Maka aku takut orang itu adalah aku. Dan, andaikata semua manusia dipanggil Allah untuk masuk ke dalam nerakaNya, kecuali satu orang. Maka aku berharap orang itu adalah aku."

Aku masih termenung bersama rasa harap dan rasa takut yang saling melengkapi jiwa ini. Sementara hatiku selalu berbaik sangka kepada Allah, Penguasa Mutlak Kehidupan.

*Terinspirasi dari Teosofia Al Quran, Imam Al Ghazali 

@hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun