Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Derajat Tawakal

4 Mei 2021   17:44 Diperbarui: 21 April 2022   13:17 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Id.postermywall.com 

"Kamu pernah mengukur derajat tawakalmu?" Kata Malaikat di sisi kananku. Sungguh aku terkejut dengan pertanyaan itu. Selama ini aku sudah terlalu abai dengan segala urusan dengan Tuhanku. 

Aku hanya hamba tidak tahu diri. Dengan seluruh tubuh berlumur dengan lumpur dosa, mana mungkin berani mengukur derajat tawakalku. Sementara Malaikat di sisi kananku selalu tersenyum memberiku harapan kebaikan. 

Mumpung Ramadan, ukurlah derajat tawakal dengan akurat. Mampukah bagi diriku, hamba yang abai dan durhaka kepada Tuhannya. Mampukah aku melihat setitik cahaya diujung kegelapan sana? Mampukah? 

Ketika orang-orang suci pilihanNya menjelaskan derajat tawakal aku hanya terdiam termangu. Tawakal adalah kondisi kalbu dalam keyakinannya yang bulat kepada Allah Yang Maha Benar dan ketidak pedulian kepada selainNya. 

Orang-orang suci pilihanNya juga menjelaskan derajat tawakal tertinggi adalah ketika orang bertawakal di hadapan Allah seperti mayit di hadapan orang yang memandikannya. 

Aku kembali termangu, mayit adalah hamba yang mengemban kefanaan. Hamba yang fana dengan ketidak berdayaan, kepasrahan dan ketiadaan. 

Mumpung Ramadan jadilah aku mayit itu yang teguh bertawakal kepada Penciptanya. Maha Besar Allah sebaik-baik tempat bertawakal. Aku yang masih terpaku berpangku lutut memuja KebesaranNya.   

@terinspirasi dari Teosofia Al-Quran karya Imam Al-Ghazali

Graha Hijau 22 Ramadan 1442 H  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun