Puisi-puisi terpapar pandemi, terkonsentrasi di setiap ruangan isolasi bersahabat dengan sepi. Sementara pandemi setiap detik mengintip untuk mencekik setiap hembusan nafas kehidupan.Â
Puisi-puisi terkapar di area paparan merah virus ganas, meregang nyawa. Berjuang dari himpitan kematian yang mendera jiwa menantang kehidupan. Ajal hanya tinggal menunggu waktu.Â
Puisi-puisi mati namun sebagian lainnya tetap menatap masa depan dengan ceria.Â
Hidup ini harus diperjuangkan walaupun hanya untuk menuju kematian.Â
@hensaÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!