Awalnya saya merasa tergugah dengan dua kalimat yang sangat bijak yaitu:  Hidup ini adalah ujian dan pengabdian. Dalam hidup ini satu-satunya kepastian adalah kematian.Â
Kalimat pertama bicara tentang ujian. Sebuah kata sederhana namun tidak mudah untuk menyikapinya. Namun ada kata kunci yang harus kita ingat yaitu Tuhan tidak akan menguji kita kecuali sesuai dengan kemampuan kita sebagai hambaNya.
Pandemi corona virus, covid 19 sudah berlangsung hampir setahun ini adalah ujian. Setiap hari selalu ada jatuh korban baik yang terpapar maupun yang meninggal.Â
Sejak pertama kali kasus positif virus ini ditemukan pada Maret 2020, hingga kini jumlah penduduk yang terpapar semakin meningkat tajam hari demi hari. Grafik peningkatan mereka yang terinfeksi masih belum melandai tapi cenderung terus naik.Â
Di Indonesia sudah terinfeksi covid 19 per 22 Januari 2021 sebanyak 975 ribu dengan jumlah kematian 27.500 orang. Angka yang terinfeksi tersebut sudah hampir mendekati 1 juta orang.Â
Tentu ini adalah ujian keprihatinan kita bersama. Sementara itu Pemerintah sangat serius menangani pandemi ini.Â
Apalagi sekarang Pemerintah juga harus menghadapi musibah bencana pesawat jatuh, bencana gempa, banjir yang juga memerlukan perhatian dan penanganan yang memadai.Â
Sementara program mereka dalam penanganan pandemi terus berlangsung dengan meningkatkan kemampuan testing, tracing, dan treatment. Serta menerapkan transparansi dan keterbukaan sebagai prinsip penanganan covid 19.Â
Bagi saya yang berstatus manusia lansia, pandemi ini adalah diary yang terus selalu asyik diikuti. Hanya dengan menyikapinya penuh rasa positif, maka covid 19 semakin terasa akrab didengar dan dibicarakan. Imunitas dalam tubuh kita jangan sampai rusak gegara menyikapi dengan negatif menghadapi pandemi ini.
Namun apakah ada terbersit rasa cemas? Sebagai manusia biasa, pasti rasa cemas tersebut selalu ada dan sangat terasa dalam hati.Â