Hanya melakukan aktivitas di rumah saja sejak Maret tahun lalu, merupakan hal yang mungkin menimbulkan kebosanan dan kecemasan.Â
Hampir setiap hari grup WA Pensiunan sering kali mengabarkan beberapa rekan pensiunan yang berpulang ke HaribaanNya.Â
Walaupun sebagian besar mereka yang berpulang bukan karena covid 19, namun tetap saja berita tersebut menimbulkan rasa cemas.Â
Begitu pula berita di Televisi yang mengabarkan wafatnya orang-orang pandai seperti para ulama , dosen, profesor, dokter dan juga tenaga kesehatan yang bertugas menangani covid 19, menjadi catatan saya sehari-hari. Mereka juga meninggal tidak selalu disebabkan oleh corona.Â
Kecemasan tersebut kadang hadir ketika mengenang kawan-kawan sejawat serta sahabat-sahabat ketika sama-sama berjuang dulu, satu demi satu harus mendahului pulang ke PangkuanNya.Â
Pada saat seperti itu barulah terasa serapuh apa kita yang hanya sebutir debu tidak ada artinya di hadapan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Memiliki Kehidupan.Â
Saya tentu bersyukur pada usia yang sudah uzur ini sangat memahami arti pengabdian dan berserah diri kepada Yang Maha Memiliki Kekuasaan. Â Kendati ketika hati terdalam ini ditanya, sudah siapkan pulang menghadap kepada Yang Maha Pencipta, maka jawabannya adalah gelengan kepala. Â
Masih terlalu banyak yang harus terus menerus dibenahi. Berbenah dalam pengabdian tulus adalah wujud pengakuan ketidak berdayaan, wujud kepasrahan yang sempurna.Â
Hidup ini adalah ujian adalah benar. Termasuk pandemi yang sudah berlangsung setahun terakhir ini, yakin ini adalah ujianNya.Â
Seberapa besar kita sebagai hambaNya mampu menrima ujian ini dan mampu lebih giat lagi mengabdi kepadaNya. Seberapa jauh pula kita mampu menyikapinya dengan baik dan bijak.Â
Pandemi ini sudah membukakan mata kita bahwa kematian itu sangat dekat, dekat sekali. Kendatipun sebelum pandemi ini ada, tetap saja kematian itu selalu hadir setiap hari.Â