Siapa yang tidak kenal dengan AC Milan, klub legendaris Italia. Apalagi saat kejayaan mereka pada decade tahun 80-90 an pada saat kompetisi Serie A kedatangan pemain-pemain terbaik Dunia.
Tercatat seperti Maradona bersama Napoli, Marco Van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard (AC Milan). Jurgen Klinsmann, Andreas Brehme dan Lothar Matthaus (Inter).
Sementara Udinese mendatangkan Zico dari Flamengo, Fiorentina mendatangkan Socrates, Gabriel Batistuta dan Juventus yang mendatangkan Michel Platini.
Milan sendiri bersama trio Belanda dan pelatih  mereka Arrigo Sacchi telah mencatat prestasi luar biasa. Mereka menerapkan sepakbola menyerang dengan pressing tinggi.
Paulo Maldini, Franco Baressi, Alesandro Costacurta, Carlo Ancelotti, Roberto Donadoni adalah pemain-pemain legenda Milan saat itu, langganan Timnas Azzurri, Italia.
Sacchi adalah seorang penganut fanatic totaal voetbal, Rinus Michels. Bedanya, Sacchi melakukan serangkaian modifikasi hingga pola dasar 4-4-2 nya akan berubah menjadi total football versi Italia.
Rossoneri saat itu berhasil mengangkat 2 trofi Serie-A, 2 Supercoppa Italia, 2 Piala Champions Eropa dan 2 piala Super Eropa.
Termasuk pencapaian 58 laga tanpa kekalahan beruntun. Juga pencapaian pemain secara individu, seperti gelar Capocannoniere yang dua kali diraih oleh Marco van Basten.
Masa kejayaan zaman kepemilikan dari seorang taipan media Italia bernama Silvio Berlusconi saat itu, Â seakan menjadi nostalgia. Milan mengalami kekeringan prestasi di Serie A terpanjang sejak 1980-an tersebut.
Terakhir kali Milan menjadi juara di Serie A adalah pada musim 2010/2011. Sementara di Eropa, Milan tercatat sebagai kesebelasan yang sukses meraih tujuh gelar Liga Champions.
Namun berangsur aura kebangkitan Milan mulai terasa pada kompetisi Serie A yang baru saja berakhir. Salah satu laga mereka berhasil mengalahkan Juventus yang kembali meraih scudetto musim ini.
Dalam klasemen akhir, Milan berada diposisi ke-6 dengan 66 poin berhak mengikuti kualifikasi Liga Eropa. Dari 38 laga, mereka menang 19 laga, draw 9 laga dan kalah 10 laga. Mencetak 63 gol dan kebobolan 46 gol (Legaserie a.it 3/8/20).Â
Pencapaian yang patut mendapat apresiasi terutama performa Milan diakhir kompetisi. Untuk itu rasa salut harus dialamatkan kepada Manajemen AC Milan.
Mereka ternyata menjadikan kebangkitan Liverpool sebagai acuan untuk membenahi AC Milan yang sedang terpuruk.
Direktur Pendapatan Milan, Casper Stylsvig, menyatakan keberhasilan Liverpool menjadi juara Liga Champions dan Liga Inggris menjadi acuan bagi Rossoneri.
AC Milan yang sedang terpuruk, secara prestasi dan finansial, berguru pada Liverpool untuk segera bangkit.
Mari kita dengar pengakuan Casper Stylsvig. "Kami telah berbicara dengan Liverpool karena mereka telah melewati jalur yang sama seperti yang sedang kami lewati saat ini," kata Stylsvig dilansir The Associated Press (9/7/20).
Stylsvig menganggap lebih baik bertanya tentang bagaimana mengakhiri kekeringan gelar kepada tim yang baru saja memenangkan liga untuk pertama kalinya setelah menunggu 30 tahun. Tim itu adalah Liverpool asuhan Jurgen Klopp.
"Kami bekerja sangat keras untuk kembali ke tempat yang seharusnya, dan dari perspektif itu, membantu membuka pintu ketika Anda telah memenangkan tujuh Liga Champions."
Demikian kata Direktur Pendapatan AC Milan, Casper Stylsvig seperti dilansir The Associated Press (9/7/20),
Bagi Milan bermain di pentas Eropa terutama Liga Champions kini serasa sebuah mimpi. Saat ini mereka berhasil lolos ke kualifikasi Liga Eropa. Prestasi ini bisa dijadikan batu pijakan menuju level lebih tinggi.
Kompetisi Eropa adalah habitat alami AC Milan  dan tempat yang seharusnya mereka berada. Tetapi harus diperjuangkan dengan kerja keras.
Pembinaan yang dilakukan Liverpool membutuhkan waktu dan enersi. Bukan dengan cara instan. Dengan cara seperti ini yang harus dilakukan AC Milan. Â
Stylsvig mungkin sangat takjub melihat pencapaian Liverpool. Ketika empat, lima tahun lalu tidak ada yang memandang Liverpool. Namun kini lihat di mana saat ini Liverpool berada.
Mereka memainkan sepak bola yang sangat atraktif. Mereka menang, mereka memiliki manajer yang fantastis, tim yang fantastis, dan itu kemudian diikuti dari sisi komersial.
Memang butuh waktu untuk Rossoneri, tetapi model seperti Liverpool tersebut sangat cocok untuk diterapkan di San Siro. Forza Milan.
Salam hangat dan sehat selalu @hensa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI