Bukan saja kekasihku tapi Aina Kirana juga calon istriku. Bulan depan kami berencana akan menikah walaupun harus tertunda karena kami harus bertugas fokus di Wisma Olahraga yang disulap menjadi RS Darurat untuk pasien Covid-19.
Aku bersama Aina sudah sebulan ini bertugas di sana. Melayani para pasien yang positif coronavirus. Sudah dua kali ini kami kebetulan bertugas satu grup.Â
Seperti malam itu usai melakukan kunjungan ke kamar pasien, aku biasa duduk  santai di ruang perawat. Kadang hingga tertidur lelap walau hanya sekejap.Â
Aina adalah gadis yang kukenal sejak kami sama sama kuliah ilmu keperawatan di salah satu Perguruan Tinggi di Bandung.Â
"Hen! Rasanya badanku mulai demam!" Suara Aina di ruang perawat itu sambil menunjuklan thermometer tembak itu kepadaku.Â
Aku terkejut suhu tubuhnya menunjukkan angka 38 derajat Celcius. Seakan tidak percaya kembali aku mengukur kembali suhu tubuh Aina.Â
Benar malah sekarang makin naik. Aku sangat khawatir lalu membawa Aina ke ruang periksa untuk melakukan swab test setelah konsultasi dengan dokter Alfian.Â
Dalam dua kali uji test PCR itu Aina positif terinfeksi coronavirus. Jujur sejak itu aku terus mengkhawatirkan kondisinya yang semakin hari semakin menurun.Â
Aina harus dipindah ke kamar yang khusus diperuntukkan bagi pasien prioritas. Artinya pasien yang kondisinya sangat parah.Â
Aku berfikir Aina terlalu lelah bekerja tanpa memperhatikan kondisi dirinya. Aku melihat beberapa kali Aina selalu terlambat makan siang karena tanggung melayani pasien yang datang yang harus segera ditangani.Â