"Kami tidak memiliki cukup peluang, kami tidak menciptakan cukup dan itulah yang mengarah pada kekalahan, itulah sepakbola. Ini tidak ada hubungannya dengan laga yang Anda menangkan sebelumnya, itu tidak ada hubungannya dengan laga yang akan Anda menangkan" Jurgen Klopp
The Reds, Liverpool tidak terkalahkan dalam 44 laga, 18 laga diantaranya menang secara berturut-turut. Catatan statistik yang sangat mengesankan bagi tim asuhan Jurgen Klopp ini. Namun malam itu akhirnya Liverpool tumbang 0-3 dari Watford di Vicarage Road, dalam lanjutan pekan ke-28 Liga Primer, Minggu (1/3/20). Tiga gol tanpa balas itu berasal dari 2 gol Ismaila Sarr dan satu gol Troy Deeney. Liverpool malam itu ibarat disengat "Si Lebah" Watford.Â
Liverpool kalah di Premier League untuk pertama kalinya sejak kalah 2-1 dari City di Etihad pada Januari 2019. Kekalahan ini juga membuat Liverpool terhenti untuk memecahkan rekor Arsenal yang telah bertahan selama 16 tahun. Saat itu The Gunners melewati 49 laga tanpa kalah di Premier League.
Dalam sejarah Liga Inggris, hanya ada dua tim yang tidak terkalahkan untuk meraih predikat Invicibles yaitu Preston North End pada 1889 dan Arsenal pada tahun 2003-2004 (Premierleague.com 29/2/20).
Siapa sosok Ismaila Sarr, perusak laga Liverpool pada malam itu? Dia adalah pemain muda Senegal berusia 22 tahun, rekan satu Negara dengan Sadio Mane. Â Sederet statisik 44 laga tidak terkalahkan milik Liverpool di Liga Inggris musim ini akhirnya ternoda dari kekalahan ini.
Malam itu Sarr sangat layak dinobatkan sebagai pemain terbaik untuk meraih King of The Match. Penampilan impresif Sarr bakal selalu diingat oleh Fans Liverpool. Dia memborong dua gol untuk klubnya, Watford dan satu assis untuk gol ketiga The Hornets. Â Â
Gol pertama Sar tercipta ketika babak kedua baru berlangsung 9 menit. Tembakan menembus gawang Alisson dengan meneruskan umpan tarik di depan gawang. Enam menit berselang, Sarr kembali berhasil lolos dari kawalan Virgil van Dijk untuk mencetak gol keduanya. Pemain jangkung asal Senegal ini juga menyumbang satu assist untuk gol Troy Deeney di menit ke-72.
Menurut Premierleague.com (1/3/20), kendati Liverpool menguasai 70 persen permainan namun mereka hanya mendapatkan satu tembakan tepat sasaran dari tujuh kesempatan. Sebaliknya Watford bermain sangat efektif seimbang dalam bertahan dan menyerang. Mereka memiliki 14 tembakan dan 5 tembakan berhasil tepat sasaran, tiga diantaranya menghasilkan gol. Â
Usai laga tersebut seperti rilis laman resmi klub, Liverpoolfc.com (29/2/20), Klopp mengakui bahwa timnya bermain sangat jauh dari level sebenarnya. Klopp merasa performa luar biasa yang telah mereka tentukan sendiri selama dua musim terakhir, malam itu jauh menurun.