Judul di atas hanya sekedar ingin menunjukkan bahwa dua sosok tersebut sudah mewakili fenomena dari karakter Timnas Indonesia selama ini. Apakah karakter khas tersebut? Mari kita simak ulasan berikut ini. Â
Febri dan Basna adalah dua aktor penting dalam laga skuad Indonesia melawan Malaysia di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur, Selasa (19/11/19) malam. Laga tersebut sangat penting bagi Tim Garuda mengingat sejauh 4 laga yang sudah dijalani sebelumnya tidak satu poin pun mereka raih. Dari data The AFC.com (19/11/19), Indonesia sudah menjalani 4 laga dengan 4 kekalahan dengan nihil poin berada diposisi juru kunci grup G.
Lalu apa hubungannya dengan Febri Hariyadi dan Yanto Basna? Tentu saja mereka ada kaitannya dengan performa tim Garuda terutama terkait dengan gol yang terjadi dalam laga tersebut. Dua gol dari Safawi Rasid yang bersarang di gawang Indonesia sangat terkait dengan blunder Yanto Basna. Selain itu ada dua blunder Febri yang gagal menjadi gol.
Blunder Yanto BasnaÂ
Pada saat pertandingan berjalan 30 menit, kesalahan pertama Yanto Basna terjadi.  Ia melakukan pelanggaran keras kepada Muhammad Safawi Rasid sekita satu meter di luar kotak penalti sehingga berbuah tendangan bebas. Safawi yang maju sebagai eksekutor berhasil menuntaskan tugasnya dengan baik. Tendangan keras  kaki kirinya berhasil melewati barisan pertahanan Indonesia dan menerobos ke pojok kiri gawang Muhammad Ridho.
Blunder kedua Yanto Basna terjadi di pengujung babak kedua, tepatnya pada menit ke-85. Usahanya untuk melindungi bola di tepi kotak penalti gagal total dan malah bisa dicuri Safawi Rasid. Kesalahan antisipasinya ini benar-benar fatal karena Safawi langsung menghunjamkan tembakan keras dari jarak dekat yang menjebol gawang Muhammad Ridho.
Peluang Febri
Peluang emas Febri mencetak gol yang bisa membuat Indonesia unggul terjadi dimenit ke-20 yaitu 10 menit sebelum gol Malaysia lahir dari tendangan bebas Safawi Rasid. Menerima umpan dari Greg Nwokolo dengan berlari cepat Febri langsung berhadapan dengan kiper Malaysia.
Tetapi tendangannya dapat diblok sehingga gagal menjadi gol. Padahal saat itu ada Septian David yang berdiri bebas di sisi krinya. Andai saja bola tersebut diumpankan kepadanya maka pasti gol terjadi karena tinggal meneruskannya ke gawang yang sudah kosong.