Tidak pernah bosan kembali kita bicara tentang pebulutangkis tunggal putri yang sepi dengan prestasi. Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI mengakui bahwa hingga saat ini tunggal putri belum menunjukkan prestasi yang berarti bagi Indonesia. Sesungguhnya sudah banyak dilakukan berbagai upaya termasuk memulangkan pelatih Rionny Mainaky yang saat itu sebagai Pelatih Kepala Tim Bulutangkis Jepang.
Rionny yang saat ini baru mengemban tugas sebagai kepala pelatih baru di tunggal putri pelatnas, masih melakukan berbagai adaptasi program latihan dengan para atlet. Sehingga memerlukan waktu untuk mengenal lebih dalam karakter pemain asuhannya.
"Memang masih adaptasi, mungkin sebelumnya programnya belum pas, misalnya dengan program lama, Fitriani bisa juara di turnamen super 300, ya mungkin bisa dikombinasikan programnya. Saat ini belum berjalan smooth, ada yang bagus, ada yang kurang. Yang bagus kita ambil, yang kurang, kita mix dan sesuaikan dengan program sebelumnya yang memang bisa masuk ke atletnya," kata Susy Susanti seperti dirilis situs resmi PBSI, Badmintonindonesia.org (4/7/19).
Untuk nomor tunggal putri ini masih butuh waktu untuk bisa memaksimalkan prestasi. Saat ini pelatnas utama tunggal putri diisi oleh enam pemain yaitu  Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani, Ruselli Hartawan, Aurum Oktavia Winata, Choirunnisa dan Bening Sri Rahayu. Sementara di pelatnas pratama ada tiga pemain yaitu Putri Kusuma Wardhani, Staphanie Widjaja dan Yasnita Enggira Setyawan.
Pemain seperti Aurum, Choirunnisa dan Bening harus sudah mulai dilibatkan dalam turnamen level yang lebih tinggi dari yang sekarang mereka ikuti dikategori International Series. Mungkin ini sebagai upaya yang  berani dari PBSI jika hal tersebut dilakukan. Mereka harus diberikan tantangan untuk bisa membangkitkan semangat meraih prestasi tinggi.
Berada di Pelatnas Cipayung tanpa tantangan menjadi hal yang omong kosong. Susy sendiri menuturkan bahwa para pemain senior harus bersiap disusul oleh pemain-pemain yang lebih muda dari mereka. Jika para pemain utama ini hanya merasa nyaman dengan apa yang mereka dapatkan saat ini dan tidak bekerja keras untuk meraih prestasi lebih tinggi lagi. Maka jangan kaget mereka akan tersaingi dengan yang lebih muda.Â
"Pemain-pemain muda, kalau bisa naik lebih cepat kenapa tidak? Siapa yang mau dulu deh, yang punya kemauan dulu. Kita lihat seperti Akane (Yamaguchi), yang penting tahan lama, kuat dan memiliki semangat baja." Demikian kata Susy seperti dilansir Badmintonindonesia.org (4/7/19).
Susy Susanti sangat tepat memberikan contoh untuk mereka adalah sosok pemain Jepang yaitu Akane Yamaguchi. Menurut data BWFbadminton.com (15/7/19), berumur 22 tahun ini sudah mampu bertengger di peringkat 4 Dunia. Hanya selisih 2 tingkat dari seniornya Nozomi Okuhara yang memiliki ranking 2 Dunia.
Pemain Jepang yang memiliki tinggi 155 cm ini sangat ulet dengan stamina dan fisik yang prima. Semangat bertandingnya luar biasa tanpa kenal lelah hingga titik poin terakhir. Itulah Akane Yamaguchi yang sudah masuk Tim Jepang pada usia 14 tahun.