Pada awal tulisan ini perlu ditegaskan bahwa Bima Sakti adalah korban pola berfikir jalan pintas dari manajemen PSSI. Seperti sudah kita ketahui bahwa Komite Eksekutif PSSI, resmi menunjuk Bima Sakti Tukiman sebagai pelatih Timnas Garuda senior. Banyak kalangan meragukan kemampuan Bima Sakti bisa berhasil menangani Timnas Garuda.
Bima Sakti menjalankan tugas pada ajang Piala AFF Suzuki 2018 yang berlangsung 8 November sampai 19 Desember 2018. Penunjukkan ini diputuskan PSSI karena proses perundingan perpanjangan kontrak dengan Luis Milla mengalami jalan buntu.
"Selamat bertugas untuk Pelatih Bima Sakti dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada pelatih Luis Milla atas dedikasi dan kerja samanya selama satu setengah tahun," kata Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono di Jakarta, seperti dilansir PSSI.org (21/10).
Bima Sakti pernah menjadi asisten Milla di Timnas U-23. Bima juga menjadi pelatih sementara timnas senior pada tiga laga uji coba melawan Mauritius, Myanmar dan Hongkong. Pada saat itu proses perundingan perpanjangan kontrak Luis Milla sedang berlangsung namun berakhir dengan kegagalan.
Ada kesan bahwa memang PSSI asal mengambil jalan pintas yang sangat mudah. Tidak ada niat serius menghadapi Turnamen AFF Cup 2018 ini. Keterbatasan dana sehingga gagal untuk perpanjangan kontrak pelatih Luis Milla tidak dengan jujur mereka utarakan. Maka solusi Bima Sakti adalah jalan pintas yang paling murah yang dilakukan PSSI.
Bima Sakti menjadi sosok yang dikorbankan. Menangani Timnas Senior bukan perkara yang mudah. Membutuhkan jam terbang dan pengalaman pengenalan karakter para pemain dengan baik.
Selain persoalan teknis yang harus mumpuni juga pengetahuan non teknis yang harus dikuasai. Pelatih Timnas Senior juga harus menjadi seorang motivator dan berpengaruh terhadap rasa hormat yang diberikan para pemain. Apakah hal hal tersebut sudah dimiliki seorang Bima Sakti?
Menangani sebuah klub saja, Bima belum pernah merasakan apalagi ini langsung terlibat dalam melatih subuah Tim Nasional Senior. Demikian pula bertanggung jawab pada Timnas kelompok umur misalnya Timnas U-16 dan Timnas U-19. Sejauh ini Bima hanya terlibat sebagai salah satu asisten Luis Milla dalam persiapan Asian Games 2018 dan beberapa event pada tahun sebelumnya.
Melihat fakta tersebut maka Bima Sakti bukan orang yang patut disalahkan jika Timnas Senior gagal di ajang Piala AFF 2018. Federasi memiliki andil sepenuhnya terhadap kegagalan ini karena keputusannya menunjuk Bima Sakti. Alasan bahwa Bima adalah mantan pelatih Luis Milla sehingga skema permainan ala pelatih Spanyol tersebut akan diakomodir dengan baik oleh Bima, ternyata tidak terbukti.
Pada posisi seperti itu banyak hal yang menyudutkan Bima Sakti. Kegagalan Timnas di ajang ini akan dikesankan sebagai ketidak mampuan Bima Sakti menerapkan gaya Luis Milla. Sebaliknya jika Timnas berhasil maka justru public semakin dikagumkan oleh gaya Luis Milla yang berhasil diterapkan oleh Bima Sakti. Artinya di dalam tim ini tidak ada kesan gaya permainan yang memang merupakan gaya ala Bima Sakti.
Fakta lain adalah perlunya rasa salut patut diberikan kepada Bima Sakti yang mau menerima tugas ini hanya karena ini adalah tugas luhur dari Negara. Menolak tugas bagi Bima adalah aib. Risiko kegagalan harus diterimanya, walaupun pada awalnya Bima selalu berfikir positif tentang peluang Timnas Garuda di ajang Piala AFF ini.