Kualitas seorang Antonio Conte sebenarnya tidak perlu dipertanyakan ketika tahun lalu berhasil memberikan gelar Juara Premier League bersama Chelsea. Jika saat ini Chelsea terseok-seok dalam mempertahankan gelar bergengsi tersebut, malah boleh dikatakan gelar tersebut sudah copot maka tidak berarti reputasi pelatih asal Italy ini terpuruk. Manager Chelsea ini tetap menjadi sorotan menarik untuk diperbincangkan. Bahkan ketika Chelsea gagal melaju kepermpat final Liga Champions ketika dikandaskan Barcelona 0-3 di Camp Nou, Antonio Conte masih bisa menegakkan kepala.
Dalam laga melawan Barcelona tersebut kembali Conte menerapkan pola pragmatis. Walaupun tetap pada pakem menggunakan 3 bek di lini pertahanan namun Conte mulai menempatkan 5 gelandang, dua diantaranya gelandang bertahan. Kunci dua gelandang bertahan ini akan mengubah skema menjadi 5-4-1 ketika dua sayap mereka juga membantu pertahanan dan hanya menyisakan satu penyerang yaitu Olivier Giroud lalu Alvaro Morata di babak kedua.
Conte menyadari melawan Barcelona butuh kesabaran untuk meredam agresivitas mereka. Barcelona selalu maju untuk menyerang baik dalam keadaan unggulpun. Sesungguhnya di Premier League Manchester City adalah klub yang oleh Pep Guardiola sudah dijadikan type Barcelona. Contepun sebelumnya sudah melakukan hal serupa ketika menghadapi City pada pekan ke 29 Liga Primer di Etihad Minggu (4/3/18)
Saat itu sebuah kritik disampaikan oleh Legenda Manchester United Gary Neville yang sekarang aktif sebagai Fooball Experts. Dia menyampaikan pendapatnya kepada Skysports.com (4/3/18) bahwa saat kalah dari City di Etihad, penampilan Chelsea sebagai "unacceptable" dari salah satu klub papan atas Liga Primer. Neville merasakan selama 90 menit itu adalah kurangnya niat dan kelulusan memberikan performa yang begitu pasif sehingga tidak menarik untuk ditonton.
Seharusnya Chelsea datang ke Manchester City dan memastikan kekompakan tim untuk berupaya menghentikan Sergio Aguero, Kevin De Bruyne dan David Silva. Bahkan penggemar Manchester City di dalam stadion tidak akan menyukai pertandingan itu karena sangat membosankan. Mereka akan pulang ke rumah dengan berpikir Chelsea bermain sangat buruk.
"Saya tidak yakin bagaimana permainan mereka begitu membosakan selama laga berlangsung tanpa sedikitpun reaksi dari pinggir lapangan." Sindir Neville kepada Conte yang tidak bisa berbuat banyak menghadapi agresivitas skuat Pep Guardiola ini seperti dilansir Skysports.com (4/3/18).
Menanggapi sindiran ini Antonio Conte hanya menjelaskan alasan  bahwa taktik defensifnya dilakukan mereka untuk membatasi ruang bagi Manchester City yang bermain sangat dominan menyerang dengan kualitas skuat mereka. Conte mempertimbangkan hal ini berdasarkan kenyataan ketika Arsenal mencoba bermain terbuka melawan City lalu mereka gagal dan harus mendapatkan 6 gol dalam sepekan dalam dua pertemuan mereka.
Taktik seperti ini juga dilakukan Conte saat bertemu Barcelona dalam leg pertama 16 besar Liga Champions di Stamford Bridge dan leg kedua di Camp Nou. Walaupun kenyataannya belum berhasil karena untuk menerapkan sepakbola pragmatis seperti ini, skuat Chelsea sangat membutuhkan seorang striker pembunuh seperti Didier Drogba dulu. Dulu Mourinho berhasil menerapkan sepakbola pragmatis saat dirinya memiliki Drogba. Â
Saat di Etihad Conte harus menghadapi realita tentang kekuatan Manchester City dan hanya menempatkan seorang Eden Hazard di depan sedangkan sembilan pemain lainnya bahu membahu melindungi seorang Courtois yang bertugas di bawah mistar gawang Chelsea. Bagi Conte apa yang dia lakukan jauh lebih baik dibandingkan yang telah dilakukan oleh Arsene Wenger yang harus menelan 6 gol hanya karena mereka memaksakan bermain terbuka. Hal yang sama dilakukan Conte ketika bertemu Barcelona baik saat bertanding di Stamford Brigde maupun di Camp Nou. Â Â
Semua pemain Chelsea sudah melakukan banyak berlari namun ternyata pemain Barcelona memiliki semua waktu untuk membuka peluang mencetak gol sesulit apapun yang mereka ingin  lakukan. Sehingga skuat Chelsea benar-benar tidak memilik kesempatan untuk memanfaatkan serangan balik. Fakta dari laga di Camp Nou ini sesungguhnya kenyataan yang harus dihadapi dan Antonio Conte menyikapinya dengan baik.
Sepak bola pragmatis kadang kadang berhasil meredam sepakbola menyerang namun juga bisa gagal pada suatu waktu. Begitulah seninya sepakbola tidak perlu saling menghujat.