Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mampukah Djadjang Nurdjaman "Move On" dari Trauma bersama Mantan?

30 November 2017   17:06 Diperbarui: 30 November 2017   19:13 2911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Ayam Kinantan (Foto Liga-indonesia.id)

Pelatih yang pernah sukses mengantar Persib menjuarai Liga Super Indonesia (ISL) 2014 itu sudah dipastikan akan bertahan bersama PSMS Medan. Djadjang Nurdjaman yang akrab dipanggil Djanur ini masih hangat menjadi pembicaraan para fans Ayam Kinantan karena keberhasilannya membawa PSMS Medan kembali berlaga di pentas Liga Indonesia level tertinggi yaitu Liga 1 tahun 2018.

Dalam final perebutan Juara Liga 2, klub asal Medan ini harus mengakui keunggulan Persebaya Surabaya dengan 2-3 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Gedebage Bandung. Namun demikian kekalahan tersebut tidak menutup mata suporter dan para pengamat bahwa performa Ayam Kinantan dalam laga tersebut tetap menjanjikan dalam menyongsong Liga 1 tahun 2018.

Keberhasilan Djanur membawa klub Medan ke pentas Liga 1 telah membuat para bobotoh kembali bersuara agar dirinya bisa kembali pulang kandang ke Bandung. Beberapa Kaum Netizen berkicau mengharapkannya untuk menangani Persib kembali. Namun Kang Djanur ini dengan penuh permohonan maaf belum bisa memenuhi keinginan dari sebagian para suporter tersebut. Patut dimaklumi tidak mudah untuk melupakan trauma yang pernah dialaminya saat hujatan bertubi-tubi di medsos khususnya yang menginginkan dirinya mundur dari Persib pada pertengahan kompetisi Liga 1 2017 lalu.

Michael Essien Persib Bandung (Foto Fourfourtwo.com
Michael Essien Persib Bandung (Foto Fourfourtwo.com
Faktanya terbukti bahwa Djanur bukan faktor utama keterpurukkan Persib. Pelatih penggantinya ternyata sama saja tidak mampu mengangkat klub bertabur bintang tersebut menuju ke tangga juara. Lebih buruk lagi, mereka nyaris saja berada di papan bawah dan terancam degradasi ke Liga 2.  

Kini Kang Djanur sudah mantap menangani Ayam Kinantan. Dalam persiapan untuk menghadapai Liga 1 2018, Djanur Sudah mempunyai program merekrut pemain asing. Ia berjanji membangun PSMS bukan hanya sekadar tim numpang lewat di Liga 1. Tekadnya tersebut menjadi komitmen untuk kembali melakukan evaluasi skuat PSMS dengan memilih kebutuhan pemain yang menjadi rencana strateginya. Maklum Djanur baru bergabung dalam babak 16 besar dan mendapatkan warisan pemain dari pelatih sebelumnya sehingga tidak leluasa menyusun racikan skuat yang diinginkan.

"Saya harus lihat dulu kebutuhan tim seperti apa ke depannya. Mungkin saja ambil pemain Persib Bandung kalau ada pemain yang tidak dipakai. Keberadaan PSMS tahun depan tak sekedar lewat. Kami akan berbenah, artinya target tak muluk-muluk. Penambahan pemain pasti, namun belum tahu berapa persen. Tapi bagaimana caranya membuat tim ini jadi kuat," kata Djanur seperti dikutip dari CNNIndonesia.com (30/11/17).

Tekad yang tidak sekedar sebuah tekad jika memperhatikan permainan PSMS Medan yang terkenal keras (bukan kasar lho) setelah menerima sentuhan Djanur jauh lebih taktis dengan umpan-umpan pendek dan serangan melalui sayap mereka yang cepat. Semua pemain skuat Medan ini bermain spartan penuh bara untuk meraih ajang Liga 1. Bukan tidak mungkin merekapun nanti bisa berbuat yang sama bersama Djanur untuk meraih juara Liga 1 2018.

Mengingat kembali duel klasik antara Maung Bandung dan Ayam Kinantan dapat disimak dari catatan Kompas.com (25/3/2017), bagaimana memori suporter sepak bola Nasional teringat ke rivalitas lama kedua tim.  Memori itu adalah saat final Divisi Utama Perserikatan pada Sabtu, 23 Februari 1985.

Saat itu adalah puncak kompetisi sepak bola amatir yang mempertemukan PSMS dan Persib di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Ayam Kinantan merupakan juara bertahan karena pada 1983, PSMS menjadi juara setelah menang 3-2 atas Persib melalui drama adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 0-0 sepanjang waktu normal dan perpanjangan waktu. Sehingga final tahun 1985 ini merupakan ulangan partai puncak dua tahun sebelumnya.

Tahun 2018 dipastikan hal tersebut akan terjadi lagi. Stadion Jalak Harupat akan dipenuhi oleh para Bobotoh untuk menyaksikan tim kesayangannya Persib melawan PSMS Medan. Hanya kali ini bukan berhadapan dengan Medan saja namun di sana ada Kang Djanur sebagai juru taktik Ayam Kinantan.

Maka saat itu akan menjadi saksi akankah Djanur mampu untuk move on dari trauma tragis yang dialaminya bersama Persib tahun lalu dengan memberikan kemenangan kepada skuat asuhannya saat ini. Apalagi Persib saat ini dipastikan ditangani oleh pelatih asal Argentina, Roberto Carlos Mario Gomez yang pernah sukses bersama klub Malaysia Johor Darul Takjim (JDT) merebut Piala AFC tahun 2015 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun