Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jelang Kongres Tahunan PSSI 2017, Guus Hiddink Calon Pelatih Timnas?

28 Desember 2016   12:15 Diperbarui: 28 Desember 2016   15:56 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turnamen Piala AFF 2016 sudah berakhir. Apa yang sudah dicapai Timnas Garuda sebagai runner up harus tetap disyukuri. Kini saatnya menatap tahun 2017 tentu saja sepak bola Indonesia harus memulai lagi melangkah untuk berjuang menggapai prestasi.

Banyak yang harus direnungkan selama menjalani tahun 2016. Seakan menjadi pelajaran yang sangat berharga bahwa untuk mencapai prestasi juara tidak mungkin dicapai hanya dengan persiapan yang instan. 

Jika Thailand sukses mempertahankan Piala AFF pada tahun 2016 maka apa yang dihasilkan oleh Thailand saat ini sudah dilakukan dengan terencana beberapa tahun yang lalu secara berkesinambungan.

Awal tahun ini akan ada Kongres Tahunan PSSI yang berlangsung 8 Januari 2017 di Bandung. Salah satu topik yang akan dibahas adalah penentuan pelatih nasional untuk semua level Timnas.

Ada wacana yang dikemukakan Menpora agar calon pelatih Timnas sebaiknya memilih yang kaliber dunia seperti Guus Hiddink. Apakah Timnas kita sudah pantas dilatih oleh Guus Hiddink? Pertanyaannya seperti itu bukan di balik apakah Guus Hiddink pantas melatih Timnas?

Thailand Cukup Pelatih Lokal

Mengamati apa yang dilakukan Thailand dengan pelatih lokal Timnas mereka, Kiatisuk Senamuang ternyata cukup berhasil menghasilkan prestasi. Mereka memiliki program dan sumber daya yang unggul.

Asian Games 2014 di Incheon Korea Selatan 14 September – 2 Oktober 2014, Kiatisuk Senamuang berhasil membawa Thailand menjadi semi finalis. Walaupun  akhirnya gagal ke final karena dikalahkan tuan rumah Korea Selatan 2 gol tanpa balas. Korea Selatan akhirnya menjadi juara sepakbola Asian Games 2014.

Timnas Garuda yang dilatih oleh Aji Santoso, saat itu berada satu grup dengan Thailand, harus mengakui keunggulan mereka dengan kebobolan 6 gol tanpa balas sehingga hanya menduduki runner up grup. Pada 16 besar giliran Korea Utara yang menggagalkan Indonesia lolos ke perempat final dengan memenangkan laga  4-1.

Piala AFF 2014 pada 22 November – 20 Desember 2014, kembali Kiatisuk Senamuang berhasil membawa pasukannya menjuarai Piala AFF yang ke 4 kalinya.  Laga final dimenangkan mereka setelah mengalahkan Malaysia dengan agregat  gol 4-3.

Kebersamaan skuat Thailand hingga 2016 ini membawa hasil gemilang dengan prestasi mempertahankan gelar Piala AFF yang direbutnya tahun 2014. Thailand sudah melakukan program-program sepakbolanya dengan target yang terukur.

Pembinaan tim yang berkesinambungan yang dilakukan oleh seorang pelatih lokal mereka, Kiatisuk Senamuang sudah menghasilkan prestasi yang nyata. Bahkan saat ini Thailand memiliki target ke depan dengan prestasi lolos Piala Dunia 2022 di Qatar. Apalagi kompetisi Liga mereka sudah memiliki klub-klub yang professional yang diakui oleh AFC. Jadwal yang teratur dengan fasilitas stadion yang sangat memadai.

Timnas dan Guus Hiddink

Menurut Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, federasi baru akan membahas sejumlah persoalan organisasi pada tanggal 8 Januari 2017 dalam Kongres Tahunan yang akan diselenggarakan di Bandung.

Sementara itu Sekjen PSSI, Wellington mengatakan bahwa sehari sebelum Kongres Tahunan akan ada Rapat Exco tepatnya 7 Januari 2017. Penunjukan pelatih timnas U-15, timnas U-18, timnas U-22, dan pelatih senior, rencananya akan dibahas dalam rapat tersebut.

Menpora berpesan kalau memang PSSI ingin mencari pelatih timnas yang baru, harus benar-benar yang berkualitas. Termasuk memiliki nama besar kelas dunia agar ada transfer ilmu kepada para pelatih lokal.

"Masih ingat saya pernah bilang soal Jose Mourinho, Guus Hiddink? Cari pelatih sekalian yang bagus dan punya nama besar. Selain ada transfer ilmu untuk pelatih juga bisa membuat disiplin tim dan lawan pun menaruh respek," ujar Menpora Imam Nahrawi, Selasa 20 Desember 2016, di sela-sela bermain bulutangkis di GOR Kemenpora seperti dikemukakan kepada para wartawan media lokal.

Jika Menpora Imam mengusulkan mantan pelatih timnas Rusia dan Belanda itu, Djoko Driyono, Waketum PSSI menginginkan agar PSSI mengontrak mantan pelatih timnas Amerika Serikat (AS) Jurgen Klinsmann. Selain itu, ada juga mantan pelatih FC Barcelona, Frank Rijkaard.

Ada lagi yang berwacana untuk melirik Louis Van Gaal yang saat ini sedang nganggur. Harga Louis Van Gaal 65 tahun, gaji terakhirnya di Manchester United (MU) mencapai Rp 122 miliar per tahun.

Sementara itu jangan dulu dibandingkan dengan nilai kontrak Mourinho di MU Rp 200 Milyar, Carlo Ancelotti di Bayern Rp 210 Milyar apalagi Pep Gurdiola di City Rp 250 Milyar. Mereka adalah pelatih top dunia saat ini. Jika Menpora menginginkan mereka, harga kontrak mereka sangat mahal jangan dipaksakan untuk mengambil mereka sebagai pelatih Timnas saat ini.

Angan-angan Menpora dan Djoko Driyono harus disikapi dengan kritis. Kita belum memiliki pemain-pemain yang kualitas skill mereka mempunyai standar seperti yang diharapkan oleh para pelatih dunia tersebut.

Jika hal ini dipaksakan maka pelatih dunia tersebut harus bekerja super keras dan membutuhkan waktu yang lama untuk meningkatkan standar kemampuan pemain kita. Apalagi semua pelatih kaliber dunia itu memiliki harga kontrak yang mahal paling tidak di atas Rp 100 Milyar per tahun.

Bapak Menpora dan pengurus PSSI harus realistis bahwa standar sepakbola kita masih harus ditingkatkan terlebih dulu. Ibarat seorang chef untuk menghasilkan masakan yang lezat dibutuhkan bahan-bahan dengan kualitas yang baik.

Apakah pemain-pemain kita sudah memiliki kualitas yang baik? Tolok ukurnya adalah saat Piala AFF 2016 kemarin, bisa kita lihat bersama sepakbola kita masih di bawah level Thailand dan Vietnam.

Indonesia sebaiknya jangan kembali berpikir instan dengan upaya mendatangkan pelatih kaliber dunia yang nilai kontraknya ratusan Milyar rupiah. Sementara sumber daya manusianya masih minim kualitas.

Lupakan saja dulu pelatih kaliber dunia selama SDM dan infrastruktur belum dibenahi dengan baik. Uang sebanyak itu alangkah baiknya jika digunakan untuk menjalankan program-program pembinaan usia dini, kompetisi level remaja U-17 – U-19 dan pembangunan infrastruktur seperti stadion sepakbola.  

Mari mengawali tahun 2017 dengan program-program yang realistis tidak perlu bombastis. Program dengan target yang terukur jelas peluangnya dan jelas tolok ukurnya. PSSI jangan ikut arus pencitraan para politisi negeri ini yang hanya sekedar menjalankan program instan untuk mendapatkan pujian dan kepentingan sesaat.

Tiba-tiba saja jadi teringat tentang Roadmap Reformasi Sepakbola Nasional. Bagaimana kabarnya sekarang?

Selamat  bekerja PSSI. Bravo Timnas Garuda. Sudah saatnya bangkit dan berprestasi.

Bandung  28 Desember  2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun