Foto : Republika Online
Sepakbola memang sudah menjadi olah raga dengan organisasi yang ekslusif. Seperti ditunjukkan sendiri oleh FIFA sebagai Induk Organisasi Sepakbola Dunia. Sejak FIFA berdiri, lihatlah berapa puluh tahun Sepp Blatter menjabat sebagai Presiden FIFA sejak 8 Juni 1998. Sebelumnya ada Joe Havelange yang menjabat selama 24 tahun dan yang paling lama menjabat adalah Jules Rimet berkuasa selama 33 tahun. Wow bukan main data tersebut sudah memberikan petunjuk kepada kita bahwa demokrasi di FIFA sendiri patut dipertanyakan. Hal ini juga menunjukkan bahwa sepakbola adalah cabang olah raga yang sudah berskala industri menjadi bisnis yang terus menggurita sehingga semakin menarik bagi siapa saja untuk menduduki jabatan dalam organisasi sepakbola termasuk PSSI. Sehubungan dengan ramainya bursa calon Ketum PSSI 2015-2019, Ketum PSSI Prof Djohar Arifien Husin pernah menyatakan kepada media cetak maupun online bahwa pengurus PSSI saat ini mau mengalir saja seperti air. "Kami pengurus ini ada di sini hanya bertahan, bukan untuk mempertahankan rezim. Kami di sini cuma untuk mempertahankan sistem yang sudah berjalan baik. Sistem yang telah dinilai FIFA telah berjalan sehat,'' kata Djohar. Ada yang menarik dari pernyataan Djohar Arifin yaitu Pengurus sekarang katanya hanya ingin mempertahankan sistem yang telah dinilai FIFA berjalan dengan sehat bukan mempertahankan rezim. Namun penilaian FIFA dimaksud Ketum PSSI itu penilaian yang mana karena fakta sejauh ini FIFA mengukur kinerja Federasi tiap tiap negara salah satunya adalah dengan ukuran ranking Tim Nasional negara tersebut. Apakah Timnas kita sudah memiliki Ranking FIFA yang baik?. Kita semua sudah tahu data mutakhir Indonesia pada Januari 2015 ada diposisi Ranking FIFA 159, AFC 31 dan AFF 7 menunjukkan bahwa performa Timnas kita masih jauh dari harapan.  Memang Ranking bukan satu-satunya ukuran keberhasilan suatu Federasi namun Ranking ini bisa juga menunjukkan sejauh mana kinerja PSSI selama ini. Pernyataan lain yang menarik adalah Pengurus PSSI hanya ingin mempertahankan sistem bukan mempertahankan rezim. Biasanya dalam organisasi di Indonesia, Rezim memiliki sistem yang selalu ingin berbeda dengan Rezim sebelumnya. Jadi kalau ingin mempertahankan sistem hal itu berarti juga mempertahankan Rezim. Mari kita simak beberapa waktu yang lalu Djohar Arifin juga pernah mengatakan bahwa beliau mendukung La Nyala Mataliti untuk maju sebagai calon Ketum PSSI periode mendatang. La Nyala dinilai mampu mempersatukan semua kepentingan yang ada di PSSI, tegas dan tanpa kompromi. Demikian menurut Djohar Arifin. Ini sebenarnya adalah bukti bahwa memang ada itikad untuk tetap mempertahankan Rezim yang sekarang sedang berkuasa.  Tidak masalah mereka yang saat ini ada dalam kepengurusan PSSI kembali duduk dalam kepengurusan yang baru nanti namun perlu mereka bertanya kepada diri sendiri apakah prestasi yang sudah ditorehkan bagi kemajuan Timnas selama mereka menjadi Pengurus PSSI. Jika tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut sebaiknya janganlah mencalonkan diri lagi menjadi Pengurus PSSI. Apakah ada skenario terselubung untuk selalu mempertahankan status quo dalam kepengurusan PSSI ?. Walaupun Ketum PSSI menolak anggapan tersebut namun kita lihat saja nanti. Bandung 14 Januari 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H