Hari Minggu lalu hingga hari Kamis dinihari kemarin telah terlaksana kegiatan menyepi. Dilaksanakan di Lampung di suatu tempat di kesunyian karena memang sangat dibutuhkan properti yang sungguh dapat dipakai untuk memenuhi keinginan untuk menyepi. Kenapa harus sepi? Harus menyepi?
Setelah sampai di pulau Sumatera, setelah melewati selat Sunda dengan kapal feri tibalah di pulau Andalas yang ternyata sudah terkoneksi dengan jalan tol. Sungguh perjalanan yang nyaman serta lancar karena memang jalan tol nya tidak ramai-ramai amat. Mungkin karena memang bukan musim liburan.
Karena memang itulah esensi, tujuan, target yang ingin dicapai. Untuk dapat mengikuti syarat menyepi ini adalah menyangkut iman keyakinan serta kepercayaan. Jadi memang tidak semua iman yang bisa menyelenggarakan acara menyepi ini. Juga tidak semua perusahaan atau kantor hanya bidang usaha tertentu saja yang bisa mengadakan.
Kebetulan acara yang diadakan berjalan tidak terlalu serius-serius amat. Cenderung ke serius tapi santai sehingga tidak membuat tegang ke semua peserta. Ada saat nya serius ada saat nya gembira ada saat nya sesi ada saat nya dinamika dalam kelompok. Menu makan nya juga juara karena seperti menu sehari-hari. Padahal saat berangkat sudah yakin akan dihidangkan menu yang hambar tanpa garam.
Di malam hari terakhir acara ini masih ada api unggun serta pelepasan lampion. Sungguh menarik lampion ini karena harus merakit sendiri di tiap-tiap kelompok untuk kemudian parafin dinyalakan agar bisa terbang. Lampion ini melambangkan cahaya dan pencerahan dalam kehidupan. Jangan lupa make a wish sebelum lampion nya terbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H