Mohon tunggu...
henry ryu
henry ryu Mohon Tunggu... -

mencoba tuk hidup berdampingan dengan yg hidup dan merekam semuanya dalam aliran kata2.makin bernas, mkin mrunduk. www.henryaja.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta Menjadi Kota Ramah Anak, Kapan Ya?

17 Agustus 2011   09:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:42 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecerian anak dalam ruang terbatas

Jakarta Menjadi Kota Ramah Anak, Kapan Ya? “keprihatinan ini muncul karena di negara yang sudah merdeka 66th tetapi tetap terjajah oleh ketidakteraturan tata ruang kota. Mereka itu adalah anak-anak yang kehilangan ruang untuk bermain di kotanya, di tempat tinggalnya, sebagaimana mestinya”. Atas nama anak Indonesia, Hari 17 Bulan Agustus Tahun 2011 [caption id="" align="alignleft" width="535" caption="Kecerian anak dalam ruang terbatas"][/caption] Pernah suatu ketika ada orang tua memprotes kepada pemilik permainan ini (odong-odong) karena lagu yang diputar bukanlah lagu anak-anak. Orang tua anak itupun langsung meminta mengganti lagu itu dengan lagu anak-anak. Dan pemilik permainan ini pun langsung menggantikan musiknya dengan lagu anak yang sesungguhnya. Pemilik permainan ini pun melanjutkan mengayuh pedalnya agar permainan ini bisa terus bergerak. Maklum, segala jenis permainan ini digerakkan dengan pedal seperti menggowes sepeda. Sementara untuk musiknya menggunakan sumber energy dari air accu. Permainan di atas adalah secuil gambaran bahwa di kota besar seperti Jakarta ini sudah tidak ada lagi ruang terbuka untuk bermain anak-anak. Adanya permainan komersial itu seolah menjadi pelarian atas permasalahan yang sebenarnya sedang terjadi di lingkungan Ibukota ini. Sehingga anak-anak pun sudah menjadi korban sebuah system kota tidak tertata. Semestinya anak-anak itu bermain di taman bermain yang tersedia di lingkungan tempat tinggalnya. Taman bermain inilah yang seharusnya menyediakan segala permainan untuk anak-anak mulai dari ayunan, seluncuran, dan lainnya. Namun taman bermain anak itu kini sudah tidak ada, yang ada hanyalah taman beton yang terus menyesakki ruang bermain anak. Hanya sedikit sekali kita temui taman itu, jika masih ada, kondisinya pun sangat memprihatinkan. Tak terawat dan mangkrak.Sangat naas. Kota ramah anak Keberadaan taman bermain anak di Ibukota ini mungkin bisa di hitung dengan jari. Padahal taman bermain anak sungguh penting bagi pertumbuhan anak di usianya. Dengan adanya taman bermain membuat mereka bisa belajar bersosialisasi, beraktualisasi, berpikir, berimajinasi, dan menikmati masa-masa kanaknya. Lalu apa jadinya jika ruang itu sudah tidak ada lagi?. Yang mungkin terjadi yaitu anak-anak itu kehilangan kesempatan untuk belajar dan bermain. Belajar bagaimana mengenal lingkungan, menyentuh peralatan (motorik), mengamati benda-benda, merasakan dan berpikir kreatif. Sementara itu, jika keadaan ini terus dibiarkan dan tidak ada perubahan yang lebih baik berupa taman anak. Maka sama saja kota ini telah menghilangkan anak-anak dari masa kekanaknya yang penuh dengan kecerian. Beberapa kota/Kabupaten telah berhasil mengukuhkan dirinya sebagai kota layak anak di antaranya : Bandung, Solo, Malang, Makassar dan lainnya. Kota ini telah membuat perubahan di lingkungannya terutama perhatiannya untuk perkembangan anak. Salah satu wujud nyatanya yaitu berupa membuat taman bermain anak di setiap lingkungan RT/RW. Taman bermain ini biasanya telah dilengkapi dengan berbagai permainan anak seperti ayunan, sliding (perosotan), uji ketangkasan dan juga tempat duduk yang proporsional. Peran kota yang menginisiasi adanya permainan/taman bermain untuk anak secara tidak langsung telah membantu membentuk sebuah karakter anak yang ceria dan mandiri. Mereka bebas untuk bermain dengan anak seusianya dan mendekat dengan lingkungan fisiknya. Sebenarnya program kota layak anak bukan berhenti sampai disini saja, namun paling tidak dengan langkah kongkrit seperti mewujudkan taman bermain anak sudah cukup membantu bagi hadirnya keceriaan anak. Daripada mereka harus bermain di jalanan, pusat perbelanjaan dan mengurung diri di dalam rumah tanpa sosialisasi dengan teman sebayanya. Dan jika anak-anak tersebut kurang sarana untuk bermain di lingkungannya mereka bisa menjadi autis, manja dan tidak peka terhadap teman dan lingkungan hidupnya. Tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya kehilangan keceriannya. Untuk itu, kota-kota yang telah berhasil menghadirkan sarana dan prasarana bermain anak patut kita apresiasi. Sebuah keberhasilan yang sangat manusiawi.Dan keberhasilan ini layak untuk di contoh oleh semua kota termasuk Ibukotanya Indonesia. Karena dengan menciptakan ruang bermain untuk anak-anak sama saja telah membantu tumbuh kembang generasi masa depan bangsa. Salah satu caranya yaitu kemauan orang-orang tua yang kini ada di birokrat untuk secepatnya merealisasikan kota dengan cara yang benar dan kota yang benar-benar layak untuk anak. Anak-anak kecil itu tersenyum, tertawa dan bercanda dengan temannya. Mereka bercanda di atas sebuah permainan anak yang disebut “odong-odong”. Entah kenapa itu disebut Odong-odong?. Yang pastinya sebutan odong-odong itu sudah melekat di benak semua orang, termasuk anak-anak. Permainan komersial ini menjadi tempat permainan anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Permainan yang ditawarkannya pun beraneka macam; ada mandi bola, mobil ayun, kincir angin mini, kuda-kudaan. Permainan ini pun dilengkapi dengan musik anak-anak. Tentu hal yang sulit ditemui lagu anak-anak di jaman sekarang, tapi di odong-odong inilah kita masih bisa mendengarkan lagu-lagu anak yang pas untuk anak-anak. Sehingga anak-anak pun bisa bernyanyi dengan lirik lagu anak yang syarat pendidikan. Yang pasti bukanlah lagu dewasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun