Mohon tunggu...
henry ryu
henry ryu Mohon Tunggu... -

mencoba tuk hidup berdampingan dengan yg hidup dan merekam semuanya dalam aliran kata2.makin bernas, mkin mrunduk. www.henryaja.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Angkringan Sego Kucing di Jabotabek

17 Mei 2011   09:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:32 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Batavia, 18 Mei 2011

Oleh: Henry

Mendengar kata angkringan/Hik membuat memori kita langsung tertuju pada kota Gudeg (Jogja) dan kota Budaya (Solo). Di kota itulah awal mula keberadaan Angkringan/Hik yang sangat dikagumi oleh seluruh kalangan mulai bawah, menengah hingga atas. Benar-benar egaliter menyatu tanpa ada pembedaan strata/golongan. Mereka berkumpul, beracengkrama, berdiskusi sambil menikmati berbagai macam olahan pangan hingga larut malam. Ini yang membuat angkringan tidak saja menjadi tempat pengisi perut tetapi juga pengisi ide-ide. Sehingga tak jarang, dari angkringan/Hik ini seringkali bermunculan ide-ide segar. Seperti halnya bermunculan komunitas blogger (www.angkringan.co.id) yang bernama angkringan dan radio komunitas Jogja (www.angkringan.web.id) yang juga mengambil nama angkringan. Mereka para komunitas ini telah kepincut dengan angkringan yang memiliki filosofi humanis. Dan pastinya komunitas itu terbentuk akibat seringnya mereka kongkow bersama di Angkringan. Telebih lagi, masih banyak lagi komunitas yang muncul dari sering kongkow di angkringan. Di Jogja warung ini di sebut angkringan yang berarti duduk santai sembari menikmati sego kucing beserta lauknya yang beraneka ragam (sate usus, tempe bacem, tahu bacem, bakwan, sate koyor, sate telur puyuh, sate ceker dll. Di Solo lebih di kenal dengan sebutan Hik yang berarti hidangan istimewa ala kampung ada juga yang menyebutnya hidangan istimewa ala kota (versi saya dan kawan2). Dari namanya memang berbeda, namun tidak ada perbedaan dari sisi panganannya dan suasananya. Benar-benar istimewa.

Angkringan/Hik bukan warung biasa, karena mampu memunculkan suasana dan keakrabannya yang tak tergantikan dengan jajanan apapun. Ciri khas angkringan terletak pada tenda yang dibuka menutup bagian belakang gerobaknya beserta tikar yang di gelar terbentang untuk duduk lesehan. Begitu juga dengan tungku air yang dimasak dengan arang, terkadang tercium aroma jahe gepuk yang keluar dari tungku tersebut. Itulah sebagian ciri-ciri angkringan yang sederhana. Paling enak makan dan minum sembari duduk lesehan dengan meja kecil (kadang tidak ada). Lebih enak lagi jika makan berada di alun-alun kota atau di tengah kota Solo-Jl. Slamet Riyadi, di Boulevard UNS bahkan di Malioboro-nya Jogjakarta. Mantab.

Di Jabotabek

Lagu bengawan Solo, riwayatmu kini.......malam itu (Sabtu, 14/5/2011) terdengar di angkringan daerah Pramuka, Jakarta. Lagu itu dinyanyikan secara bersama-sama oleh pembeli yang sedang kongkow di angkringan itu. Mereka tampak menikmati suasana di sana, seperti rindu dengan kampung halamannya. Namun kerinduan itu sedikit terobati dengan keberadaan angkringan di Jakarta. Mereka itu adalah komunitas motor FBI Jakarta. Terlihat deretan motornya yang di parkir berjajar di pinggiran jalan. Sementara mereka duduk merapat dengan gerobak angkringan sembari menikmati makanan dan minuman. Wedang jahe dan sego kucing menjadi menu khas yang pasti ada di antara menu lainnya. Hujan sempat turun membasahi Jakarta malam itu,tapi menjadi hangat ketika menikmati wedang jahe plus susu di tambah sego kucingnya. Dan lebih hangat lagi karena sembari duduk lesehan dan bercengkrama dari yang obrolan ringan hingga serius. Terangnya lampu jalan di sebrang sana pun memberi kehangatan suasana malam. Hilir mudik kendaraan malam itu lebih tenang, tidak seperti di siang hari.

Keberadaan angkringan/Hik tidak hanya bermunculan di Jakarta, tetapi juga sudah bertebaran di Bekasi, Tangerang dan Bogor. Di tangerang angkringan ini berada di daerah karawaci. Hampir di setiap jalan di kawasan itu ada angkringan. Seperti di kota asalnya, angkringan di sini pun selalu buka sore hari hingga dini hari. Menunya pun selalu sama ada sego kucing dan wedang jahe. Musisi jalanan pun sering kali datang memberikan hiburan. Sementara itu angkringan yang lain berada di kota hujan ada di daerah gunung putri dan bekasi ada di daerah tambun. Tentunya keberadaan angkringan/Hik ini telah banyak sekali mengisi ruang rindu bagi yang pernah merasakan angkringan/hik di kota asalnya (seperti saya). Kami rindu untuk kembali ber-kongkow-kongkow di angkringan/hik bersama kawan-kawan. Bercerita, tertawa dan berkonsep bersama di sebuah tempat sederhana tapi istimewa. Tempat bersenda gurau hingga tempat brandstorming. Tempat yang tidak hanya menyajikan kehangatan semu tapi benar-benar membekas dalam memori yang panjang. Dan dari kesederhanaan, keakraban, keistimewaan ini yang terus melahirkan komunitas-komunitas yang berkualitas dan bernas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun