Mohon tunggu...
Henriwani Sihaloho
Henriwani Sihaloho Mohon Tunggu... -

:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Natal Masa Kecil

21 Desember 2009   03:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:51 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di kampung saya di Urung Panei, setiap tahun ada Natal Sekolah Minggu, biasanya beberapa hari sebelum Natal Umum (24 Desember).

Sekali waktu, ketika saya kelas III SD, saya, Parulian (abang saya) dan Mengiring (adek saya) serta ketiga teman kami (Lasdo, Donna dan Masni) terlambat sampai di gereja yang menyebabkan kesempatan kami untuk menyampaikan ayat-ayat (teks Alkitab) di gereja malam itu sudah lewat. Kami tidak menyangka bahwa kami telah terlambat. Masing-masing anak telah memiliki ayat Alkitab yang harus dihafal dan akan diucapkan tanpa teks pada malam Natal Sekolah Minggu.

Ketika kami berada di sebuah bukit sekitar 500 meter dari gereja, kami telah mendengar orang-orang sedang bernyanyi di dalam gereja itu. Kami berlari menyusuri lembah lalu mendaki lagi ke bukit di seberang di mana terletak bangunan gereja yang akan kami tuju.

Tak satu pun dari kami yang mempunyai jam tangan ketika itu. Lagi pula, di antara anak-anak waktu itu, jarang ada yang mempunyai jam tangan. Kehidupan kami secara umum bergantung pada ritme terbit dan tenggelamnya matahari.

Natal Sekolah Minggu malam itu mulai pukul 7:30 malam. Saya bersama dengan Parulian dan Mangiring pergi ke sopou (rumah di ladang) tetangga kami yang jaraknya sekitar 500 meter dari sopou kami. Mereka telah bersiap-siap juga. Kami tak merasakan waktu berjalan terus.

Jarak dari rumah kami di ladang ke gereja cukup jauh. Kami harus berjalan kaki selama selama 40 menit. Berjalan di malam hari jauh lebih lambat daripada siang hari. Hanya cahaya bulan yang samar yang menjadi penerang jalan saat itu.

Kami sedih, kami membisu saja karena tak ada lagi kesempatan bagi kami untuk mengucapkan apa yang telah kami hafal selama berminggu-minggu.

Walau begitu, kami menunggu sampai semua acara malam itu selesai. Dalam perjalanan pulang ke rumah-ladang kami masing-masing, kami berusaha untuk ceria. Kami mengakui itu adalah kesalahan kami bersama, kenapa kami tidak datang lebih cepat ke gereja malam itu? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun