Pada era ini, handphone merupakan kebutuhan sehari-hari manusia. Tidak jarang, kita menemui pendapat yang menyatakan bahwa handphone telah menjadi kebutuhan primer. Memang, bersosialisasi dengan orang lain dan ingin tahu sesuatu merupakan kebutuhan psikologis manusia. Handphone pun memfasilitasi keduanya.
Rendahnya keadaan ekonomi tidak menggugurkan "kewajiban" seseorang untuk memiliki handphone. Tidak jarang, mereka membeli handphone murah dengan dalih yang penting bisa WA (chat), dan internetan. Namun kenyataannya, benarkah membeli handphone murah merupakan keputusan tepat? Benarkah handphone murah merupakan "sahabat" bagi yang sulit ekonomi?
Sebagai kebutuhan "primer", layaknya makanan, handphone juga bisa "basi". Fisik handphone memang bisa diabadikan di museum selama ribuan tahun, namun fungsi perangkatnya tidak. Software selalu update sepanjang waktu. Semakin tinggi versi software-nya, semakin tinggi pula spesifikasi hardware yang diperlukan. Inilah yang jarang disadari oleh orang awam.
Handphone seharga sejuta ke bawah pastilah handphone yang menjelang basi. Dilihat sekilas memang masih bisa hidup, namun bagaimana 6 bulan setelahnya? Lag merupakan masalah yang pasti terjadi pada handphone tua karena software terus berkembang, tetapi hardware dari handphone tua itu tidak.
Mungkin pembaca ada yang berpikir "Kan bisa pake software yang versi lama! Ya tinggal ga usah di update dong!"
Ya, memang betul. Handphone "agak murah" yang sedang saya gunakan pun juga telah memakai trik itu. Namun, bagaimana handphone "sangat murah" dapat menggunakan trik yang sama? Jika hanya beda satu versi, tentulah software masih bisa digunakan.Â
Namun jika beda 10 versi, software akan memberi peringatan berupa "Versi aplikasi ini terlalu tua, silakan update untuk bisa menggunakannya". Ibarat organ dalam tubuh yang sudah tua, sulit bagi handphone tua untuk beroperasi layaknya handphone muda.
Jadi, mana yang lebih menguntungkan, handphone "agak murah" atau "sangat murah"? Jawabannya sederhana, lebih baik handphone seharga sejuta yang berumur 6 bulan, atau handphone seharga 2,5 juta yang berumur 2 tahun? Perhitungan berdasarkan matematika sederhana tentu sudah bisa menjawabnya. Ya, tentu ini berlaku apabila kita mampu merawat handphone "agak murah" dengan baik. Jangan sampai terbanting, kecemplung di air, dan human errors lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H